Minggu, 06 Januari 2013

Jumenengan Raja Majapahit Bali

Dari Jumenengan ke 3 Raja Majapahit Bali di Istana Mancawarna Bali Kebangkitan Trah Tegeh Kori Kresna Kepakisan Upacara peringatan tahun ke-3 Jumenengan atau kenaikan tahta Raja/Ngadeg Ratu, Abhiseka Raja Majapahit Bali XIX Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan. diperingati kembali pada Senin, 31 Desember 2012, Istana Mancawarna Tampaksiring Bali. Berikut ini prosesinya dilaporkan posmo. Upacara pertama, diawali dengan Raja Yadnya yakni guru piduka tepat pulu 13 wib. Seluruh undangan yang terdiri dari para brahmana, tokoh masyarakat dan panitia menempati tempat yang telah disediakan. Mereka duduk bersila di teras dan halaman Istana Mancawarna. Suasanya berubah menjadi khusuk bernuansakan Hindu dan Siwa Bhudda. Tidak beberapa kemudian diadakan pembacaan Sloka Suci Kitab Hindu Weda Bhagawad Gita oleh Brahmana dan Raja Majapahit Bali Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Suyasa. Ketika kitab tersebut dibaca angin semilir datang, matahari bersinar dan langit cerah. Tapi hawa segar terasa di halaman Istana Mancawarna Tampaksiring Bali. Semua undangan yang hadir mendengarkan bacaan Sloka Kitab Bhagawad Gita dengan penuh perhatian. . Kemudian dilanjutkan dengan ritual upacara Agni Hotra. Dimana sejumlah Brahmana mengelilingi api dalam lingkaran batu bata merah sambil membacakan mantra suci yang ditujukan kepada Raja Majapahit Bali agar selamat dan sukses dalam menjalankan tugasnya membangkitkan kejayaan Majapahit serta damainya Indonesia. Upacara ritual ini benar-benar penuh dengan doa suci. Selanjutnya diadakan upacara penjamasan atau pencucian pusaka peninggalan kerajaan Majapahit di masa lalu maupun pusaka pusaka milik Raja Majapahit Bali. Pusaka tersebut dicuci dengan api agni hotra yang sedang menyala. I Gusti Ngurah Arya Wedhakarna Mahendradatta Suyasa III sebagai pencuci pusaka tersebut secara langsung. Semua undangan dan para Brahmana tertuju pada ritual pencucian pusaka tersebut. Upacara penjamasan diakhiri dengan memasukkan semua pusaka ke dalam Istana Mancawarna Tampak Siring Bali. Acara selanjutnya diadakan pelepasan burung merpati putih keudara oleh Raja Majapahit Bali. Kemudian dilanjutkan dengan upacara ritual Palukatan Agung. Dalam upacara ini Raja Majapahit Bali minum air beberapa kali dan disucikan dengan air suci dari Tirta Empul Tampaksiring dicampur dengan bunga warna warni. Salah satunya adalah bunga kamboja warna kuning putih. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan diri dan sebagai simbol penghormatan pada Dewa Indra, raja dari Indraloka dan raja perang. Setelah dicuci dengan air Tirta Empul nampak cahaya pada wajah dan seluruh tubuh Raja Majapahit Bali. Mirip dengan Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit. Naik Kereta Kencana Usai pencucian diri kemudian dilanjutkan dengan upacara jumenengan dimana Raja Majapahit Bali menaiki Kereta Kencana Kyai Dalem Basuki Amangkunegara dan Kereta Kencana Kyai Panjenengan Segoro Kidul yang merupakan hibah dari Gusti Pangeran Mahkota Puro Mangkunegaran. Saat menaiki kereta kencana tersebut dilakukan ritual oleh seorang Brahmani. “Acara ritual jumenengan Raja Majapahit Bali ke 3 ini diperingati sebagai pertanda (cihna). Bahwa bumi Nusantara sebagai upasaksi agung dari perjuangan sosok pria yang bernama walaka, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III yang merupakan kebangkitan trah Dinasti Tegeh Kori Kresna Kepakisan,”ujar KRT Agus Santoso Adipati Anom Ronggolawe Tlatah Tuban.. Setelah berakhirnya acara ritual jumenangan, maka diadakan jamuan makan siang di Istana Mancawarna. Khas jamuan kerajaan Majapahit. Dalam jamuan makan ini diselingi pembicaraan tentang penemuan pusaka Bung Karno, penyerahan lukisan Raja Majapahit Bali dan rencara pembuatan Musiuk Majapahit. “Ya saya kedepan akan membangun Musium Majapahit. Hal ini saya lakukan demi bangsa dan negara. Mengingat banyak pusaka-pusaka Majaphit yang masih berserakan dan perlunya dikumpulkan kembali dalam satu musium,”ujar I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Suyasa III Raja Majapahit Bali. Jamuan makan kemudian ditutup dengan minum anggur khas Majapahit. Dimana minuman tersebut merupakan minuman para raja-raja Majapahit. Seluruh tamu undangan meminum bersama dan bergembira. HUSNU MUFID .

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat