Rabu, 24 Juni 2015

Wawancara Roh Bung Karno di Makam Bung Karno



Wawancara I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Suyasa III dengan Roh Bung Karno

Turun Dari Surga Doakan Rakyatnya
Pada Sabtu malam Minggu, Dr. I Gusti Ngurah Wedhakarna Suyasa III, Raja Majapahit Bali memasuki makam Bung Karno dalam suasana gelap dengan membawa dupa josua. Diikuti anggota keluarga dan spiritualis asal Blitar. Kemudian menancapkan dupa josua di berbagai sudut makam. Dalam hitungan detik kemudian melakukan doa dan wawancara roh Bung Karno secara batin. Berikut isi wawancara roh tersebut.
Selamat malam?
Bung Karno: Malam juga. Semoga kalian baik-baik saja dan tetap menjaga amanat rakyat Bali dan Indonesia yang telah mempercayai Anda. Ada apa kok pingin bicara dengan saya di makam ini. Malam-malam lagi.
Saya mau tanya tentang sesuatu hal, apakah bisa ya?
Bung Karno: Bisa-bisa aja. Asalkan masalah rakyat dan diri saya sendiri.
Hidup Anda setelah meninggal dunia sekarang di mana?
Bung Karno: Posisi roh saya ada di surga setelah sekian tahun meninggal dunia. Bukan di alam kubur lagi. Jadi tingkatannya lebih mulia lagi.
Tadi menghadiri acara Kenduri 1000 tumpeng?
Bung Karno: Ya memang tadi saya menghadiri acara tersebut. Saya tadi sore turun ke dunia dari surga untuk menghadiri acara Kenduri 1000 Tumpeng bersama para pejabat dan masyarakat Blitar. Saya suka dengan masyarakat di sini. Karena tiap tahun menghauli saya dengan mengirimkan doa.
Apa tujuan datang menghadiri haul ke-45 di Blitar?
Bung Karno: Posisi saya sekarang sudah menjadi Dewa. Oleh karena itu, turun ke dunia untuk mendoakan rakyat agar hidup bahagia lahir batin. Juga tidak terzalimi oleh para pemimpin yang tidak amanah.
Berarti masih saja ada pemimpin yang menzalimi rakyat?
Mengapa sampai didoakan seberat itu?
Bung Karno: Biar kapok mereka. Sebab saya mendirikan negara ini dengan tujuan melindungi rakyat dari penjajahan dan memakmurkan rakyat. Tetapi setelah saya meninggal dunia kok masih ada pemimpin yang zalim kepada rakyatnya sendiri. Ini tidak bisa dibenarkan.
Bung Karno: Ya memang masih ada. Untuk itu, saya doakan semoga pemimpin-pemimpin yang memiliki sifat zalim kepada rakyatnya agar mendapatkan karma niskala.
Terus bagaimana dengan pemimpin yang tidak zalim?
Bung Karno: Nah, pemimpin yang semacam ini aku suka. Pemimpin inilah yang melanjutkan cita-cita saya sebagai pendiri Negara Indonesia. Karena di bawah kendali pemimpin yang amanah Indonesia akan menjadi negara yang jaya.
Bagaimana dengan Presiden Jokowi?
Bung Karno: Hendaknya memimpin negara ini dengan hati dan pikirannya. Bukan atas dasar pemimpin partai. Boleh boleh saja, asalkan kalau memang nasihat pemimpin partai itu baik. Mengingat sekarang Jokowi sudah menjadi milik rakyat dan bukan partai politik. CAHYA/HUSNU MUFID

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat