Mengungkap Keberadaan Sitinggil Petilasan Raden Wijaya di Bejijong Mojokerto
Tempat
Mencari Wangsit Para Presiden
Tanah yang agak tinggi di Dusun
Kedungwulan Bejijong Trowulan Mojokerto dulunya bernama Lemang Geneng yang
artinya Siti Inggil. Dulunya sebagai tempat meditasi raja kerajaan Majapahit
pertama yaitu Raden Wijaya untuk mendapatkan petunjuk. Berikut ini hasil
liputan wartawan posmo.
Sitinggil yang berada di Dusun
Kedungwulan oleh orang-orang tertentu dianggap sebuah makam, namun warga
sekitar meyakini bahwa yang dimakamkan bukanlah jasad dari Raden Wijaya,
melainkan hanya salah satu abu dari jenasahnya yang dibakar.
Ada juga yang meyakini bahwa Sitinggil
hanya merupakan petilasan saja, sisa - sisa peninggalan kerajaan Majapahit.
Pendapat tersebut masuk akal karena pada pemerintahan raja pertama Majapahit,
kerajaan ini adalah penganut agama Buddha, sehingga jika penduduknya meninggal
maka akan diperabukan.
Dalam komplek makam Raden Wijaya ini
terdapat makam Raden Wijaya dan istrinya, Dara Petak dan Dara Jingga, serta 2
dayangnya berada di dalam 1 lokasi. Makam ini ditembok dengan pagar, dengan 1
buah pohon besar di sisinya, yang juga dipercayai sebagai pohon keramat oleh
penduduk sekitar. Tapi oleh sejarawan dianggap sebagai makam buatan atau makam
palsu.
Didepan makam Siti Inggil terdapat dua
makam, yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat, sehingga makam ini dikeramatkan
dan sering dikunjungi wisatawan lokal maupun asing setiap Jum’at Legi.
Di luar tembok komplek makam Raden
Wijaya tersebut terdapat pula beberapa makam lainnya, 1 buah sumur, dan tempat
semedi bagi peziarah. Di komplek pemakaman tersebut, aroma wangi dupa tidak
pernah hilang dari tiap sudut komplek makam ini.
“Berkaitan dengan adanya makam dara
Jingga, Dara Petak dan Raden Wijaya tersebut. Karena tidak lepas dari urusan
perut.Kita tidak berbuat banyak. Sebab zaman kerajaan Majapahit tidak mengenal
bentuk makam seperti makam Islam. Karena mayat Raden Wijaya dibakar hingga
dalam bentuk abu. Kemudian abunya ditanam di candi Simping Blitar dan
laut,”ujar betara Agung Brahma Raja XI Wilatikta di Puri Surya Majapahit
Trowulan Mojokerto.
Selain ada makam-makam palsu, juga terdapat sebuah sumber air (lebih tepatnya sumur kecil) yang selalu mengeluarkan air jernih yang bisa langsung bisa minum. Banyak pengunjung yang menyempatkan diri untuk minum dari sumber ini. Mereka percaya air minum ini bisa membawa khasiat, paling tidak untuk kesehatan.
Percaya atau tidak, ternyata sumber air ini hanya berupa cekungan yang dalamnya hanya sekitar kurang dari 1 meter saja. Dinding dalamnya terbuat dari batu dan tidak terlihat adanya sumber air (bayangkan saja sebuah bak terbuat dari batu), namun air terus saja terisi secara perlahan.
Selain ada makam-makam palsu, juga terdapat sebuah sumber air (lebih tepatnya sumur kecil) yang selalu mengeluarkan air jernih yang bisa langsung bisa minum. Banyak pengunjung yang menyempatkan diri untuk minum dari sumber ini. Mereka percaya air minum ini bisa membawa khasiat, paling tidak untuk kesehatan.
Percaya atau tidak, ternyata sumber air ini hanya berupa cekungan yang dalamnya hanya sekitar kurang dari 1 meter saja. Dinding dalamnya terbuat dari batu dan tidak terlihat adanya sumber air (bayangkan saja sebuah bak terbuat dari batu), namun air terus saja terisi secara perlahan.
Makam tersebut selama ini memang menjadi tempat ziarah bagi calon pemimpin
dan pemimpin Indonesia sejak zaman Presiden Soekarno sampai sekarang. Bahkan,
Presiden Soekarno, Suharto sampai Presiden SBY, disebut-sebut pernah
menziarahinya. Mereka berziarah ke
Sitinggil pada bulan-bulan tertentu.
Menurut penuturan Ali Mahsun tokoh
masyarakat setempat, pemimpin negara Indonesia yang berziarah ke Makam Raden
Wijaya ini tidak hanya berhenti pada Presiden Soeharto namun Presiden
setelahnya pun pernah berziarah ke makam yang dianggap keramat oleh penduduk
sekitar itu. Seperti Gus Dur dan Ibu
Mega untuk berdoa dan mendapatkan
wangsit.
Ditanya tentang apa sebenarnya yang
menjadi alasan para pemimpin politik berziarah ke makam Raden Wijaya ini, Ali
mahsun mengatakan bahwa mungkin di makam Raden Wijaya ini ada keajaiban. “Ya
mungkin di sini ada keajaiban mas, makanya mereka jauh-jauh datang ke
sini" jawab Ali Mahsun.
Bersuci
dan Berdoa
Memang tidak mengherankan jika, makam
Raden Wijaya ini biasa dikunjungi oleh para politisi, alasannya konon pula agar
'berkah' Raden Wijaya yang mampu menyatukan Nusantara bisa diperoleh mereka.
Bahkan konon, Presiden Soeharto kerap menyepi di makam ini sejak pangkatnya
masih Letnan Kolonel. “Biasanya politisi datang tengah malam dan
diam-diam," Raden Sisworo Gautama Ketua Informasi Situs Majapahit trowulan
Mojokerto.
Apalagi menjelang pemilu anggota
legislatif (pileg), banyak disambangi
calon anggota dewan. Mereka datang untuk berdoa demi kemenangan mereka saat
pileg mendatang.
Menurut Kukub (62), juru kunci Sitinggil, telah banyak caleg (calon anggota legislatif) yang datang ke tempat peribadatan raja Raden Wijaya ini. Tidak hanya caleg lokal, caleg dari luar daerah pun banyak yang berdoa di tempat ini. Caleg-caleg dari berbagai parpol (partai politik) banyak yang datang. Ini kan petilasan raja pertama Majapahit yang dekat dengan Tuhan, maka permintaan mudah dikabulkan.
Caleg-caleg yang datang biasanya meminta bantuannya untuk memandu ritual. Tidak ada ritual khusus yang digelar. Agar permintaan terpilih menjadi anggota dewan bisa terkabul, caleg-caleg hanya disarankan untuk berdoa di petilasan raja yang bergelar Kerta Rajasa Jaya Wardhana ini.
Bersuci terlebih dahulu kemudian berdoa di petilasan. Harus berdoa sendiri, tidak boleh diwakilkan, karena komunikasi harus langsung dengan sang raja.
Menurut Kukub (62), juru kunci Sitinggil, telah banyak caleg (calon anggota legislatif) yang datang ke tempat peribadatan raja Raden Wijaya ini. Tidak hanya caleg lokal, caleg dari luar daerah pun banyak yang berdoa di tempat ini. Caleg-caleg dari berbagai parpol (partai politik) banyak yang datang. Ini kan petilasan raja pertama Majapahit yang dekat dengan Tuhan, maka permintaan mudah dikabulkan.
Caleg-caleg yang datang biasanya meminta bantuannya untuk memandu ritual. Tidak ada ritual khusus yang digelar. Agar permintaan terpilih menjadi anggota dewan bisa terkabul, caleg-caleg hanya disarankan untuk berdoa di petilasan raja yang bergelar Kerta Rajasa Jaya Wardhana ini.
Bersuci terlebih dahulu kemudian berdoa di petilasan. Harus berdoa sendiri, tidak boleh diwakilkan, karena komunikasi harus langsung dengan sang raja.
Didalam Sitinggil ada satu bagian yang
menarik untuk tidak dilewatkan jika berkunjung ke tempat ini. Sebuah sumber air
(lebih tepatnya sumur kecil) yang selalu mengeluarkan air jernih yang bisa
langsung kita minum. Banyak pengunjung yang menyempatkan diri untuk minum dari
sumber ini. Mereka percaya air minum ini bisa membawa khasiat, paling tidak
untuk kesehatan
Percaya atau tidak, ternyata sumber air ini hanya berupa cekungan
yang dalamnya hanya sekitar kurang dari 1 meter saja. Dinding dalamnya terbuat
dari batu dan tidak terlihat adanya sumber air (bayangkan saja sebuah bak
terbuat dari batu), namun air terus saja terisi secara perlahan.
Untuk menjangkau tempat ini tidak begitu
susah, karena letaknya relatif dekat dengan jalan raya Mojokerto-Jombang. Bisa
ditempuh dengan bis umum, kemudian dilanjutkan naik becak, atau jalan kaki pun bisa.
Tempatnya teduh dan menyenangkan sebagai
tempat berkumpul keluarga. Kebanyakan warga sekitar memanfaatkan pendopo kecil
yang dibangun di kompleks Sitinggil ini sebagai tempat makan bersama dan
berkumpul. Nuansa teduh dan adem terasa saat begitu kita memasuki komplek
Sitinggil. Pohon pohon besar menghalangi sinar matahari yang terik siang itu,
membuat kita betah berlama lama di komplek ini. HUSNU MUFID/CAHYA
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat