Senin, 31 Juli 2017

NYi Gede Pinatih dan Sunan Giri

 Kisah Nyi Gede Pinatih dengan Sunan Giri

 Berinama Joko Samudro

Umat Islam Jawa Timur mengidolakan  Nyai Ageng Pinatih seorang janda dari  pembesar kerajaan Majapahit yang kemudian menjadi seorang pedagang kaya raya di Gresik. Juga memiliki  memiliki jasa sangat besar terhadap Sunan Giri. Berikut ini kisahnya.

Pada era jaman Majapahit, Nyai Gede Pinatih. Juga dikenal dengan sebutan Nyai Tandes yang  sangat dihormati dan pemilik kapal cukup banyak di Gresik. Ia mendapat tanah perdikan dari saudaranya yang menjadi istri  Raja Majapahit. Kemudian  Raja Majapahit mengangkatannya sebagai Syahbandar Gresik pada 1458 M.
Kapal-kapal milik  Nyi Gede Pinatih sering berlayar di  Selat Bali yang berdekatan dengan  Banyuwangi. Dalam perkembangannya menguasai selat tersebut dalam hal perdagangan. Dimana  banyak barang dagangan dari kerajaan Bali dan  Blambangan  banyak menggunakan jasa kapal milik Nyi Gede Pinatih. 
Pada 1443 M di kerajaan Blambangan yang adipatinya bernama Menak Sembuyu terjadi peristiwa yang mengharukan. Saat itu Sunan Giri masih bayi,  anak dari pasangan Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu, dibuang ke laut oleh Dewi Sekardadu yang terletak di Selat Bali. Dewi Sekardadu adalah putri Prabu Menak Sembuyu.
Sunan Giri dibuang  kelaut dengan alasan sebagai pembawa sial kerajaan Blambangan.  Dimana penyakit pageblug  menimpa rakyat.
Bayi Sunan Giri rupanya dilindungi oleh Allah. ABK kapal milik  Nyi Gede Pinatih menemukan bayi tersebut yang awalnya dikira barang berharga.
Pada saat itu kapal Nyai Ageng Pinatih kebetulan hendak berlayar menuju Pulau Bali. Hampir semua Perhatian para awak kapal tertuju pada sebuah peti yang terapung-apung di tengah laut. Bahkan, kapal mereka sempat menabrak peti berisikan bayi laki-laki.
Tanpa pikir panjang para awak kapal mengangkat peti. Ketika  dibuka, ternyata di dalam peti ada seorang bayi laki-kali. Para awak kapal anak buah Nyai Ageng Pinatih lalu memutuskan tidak jadi melanjutkan perjalanan menuju Bali yang tentu harus mendapat restu dari sang pemilik kapal. Hingga akhirnya, para ABK iti memilih kembali ke Gresik untuk melaporkan penemuan peti yang berisi bayi tersebut kepada Nyai Ageng Pinatih.
Ketika Nyai Ageng Pinatih ndapatir para ABK-nya pulang lebih cepat, tentu saja Nyai ede Pinatih terkejut. Apalagi, anak buahnya membawa peti yang berisi bayi. Singkat cerita, Nyai Ageng Pinatih merawat bayi Yang kelak akan mendapat julukan Pangeran Giri, Atau Prabu Satmata. Apalagi, konon dia sudah lama mendambakan kehadiran seorang anak.
Setelah sekian hari setelah ditemukannya bayi dalam peti. Kemudian Nyai Ageng Pinatih memberikan ama pada bayi tersebut dengan nama Joko Samudro, karena ditemukan di tengah samudera. Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, Nyai Ageng Pinatih merawat Joko Samudro yang kelak menjadi Sunan Giri.

Ngaji ke Sunan Ampel
Sekitar tahun 1445 M, Nyai Ageng Pinatih menitipkan Joko Samudro atau Raden Pake untuk memperdalam ilmu agama di Pesantren Ampeldento Surabaya, di bawah asuhan Sunan Ampel.
Pilihan Nyai Ageng Pinatih menitipkan Joko Samudro ke Pesantren Ampeldento terbukti tepat. Joko Samudro  membuktikan diri sebagai santri luar biasa. Sunan Ampel tahu betul Raden Paku memang bukan santri biasa. Akhirnya, para wali di Pulau Jawa mengangkat Raden Paku menjadi wali dengan julukan Sunan Giri.
Setelah menginjak dewasa, Sunan Giri dengan gigih menyebarkan Islam di Gresik dan i menjadi pemimpin masyarakat Gresik yang cukup disegani.
Tak bisa dipungkiri, Nyai Ageng Pinatih menjadi sosok yang sangat berarti bagi Sunan Giri. Meski hanya ibu angkat, tetapi Nyai Ageng Pinatih sangat berjasa karena berhasil mencetak seorang sunan yang menjadi pejuang Islam di kawasan itu. Maka, tidak heran bila beliau juga berperan dalam perkembangan Islam di Kota Gresik, Jawa Timur.
Nyai Ageng Pinatih meninggal tahun 1478 M. Kompleks makam Nyai Ageng Pinatih terletak di Kelurahan Kebungson, Gresik, Jawa Timur, beberapa ratus meter arah utara Alun-alun Kota Gresik.HUSNU MUFID

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat