Rabu, 06 Agustus 2014

makam Sunang Geseng




                                         Makam Kanjeng Sunan Geseng di Bantul Yogyakarta

                                            Sarana  Tempat Tirakat Para Santri

  1. Syiar Islam Wali Songo bermula dari tlatah pesisir utara. Lambat-laun menyebar ke pesisir selatan, lantaran syiar para wali yang mengembara dari daerah satu ke daerah lain. Jejak syiar Islam para wali meninggalkan banyak  makam-makam keramat.Di antaranya, makam Sunan Geseng di Piyungan, Bantul Yogyakarta. Berikut ini  laporan posmo
     
  2. Pedukuhan Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta, merupakan daerah pertanian yang subur. Areal persawahan berhektar-hektar masih bisa disaksikan di sepanjang jalan menuju bukit tinggi tempat Makam Sunan Geseng berada. Bukit besar yang merupakan bagian dari perbukitan seribu Gunung Kidul itu menjadi batas wilayah desa Piyungan sebelah selatan. Warga sekitar percaya, kesuburan tanah di desa itu tak lepas dari berkah Kanjeng Sunan Geseng. Karena itu, setiap habis masa panen masyarakat setempat mengadakan syukuran dengan kenduri massal di komplek Makam Sunan Geseng.

  3. Tak berlebihan, jika Makam Sunan Geseng di desa Piyungan itu dikeramatkan. Cukup banyak orang yang dating berziarah, baik masyarakat umum maupun para santri-santri. Mereka melakukan tirakat selama beberapa hari..

  4. “Sudah dua bulan saya bertirakat di makam Sunan Geseng. Malam berdzikir dan wirid, siang harinya mengaji sampai khatam. Dua bulan ini saya sudah khatam Quran enam kali rasanya senang sekali.Tirakat di Makam Sunan Geseng,  biasanya dilakukan selama 40 hari atau lebih. Kalau belum mendapat ilham, biasanya peziarah belum akan pulang. Saya sendiri  sudah mendapat ilham dua kali,”ujar Hafidz..

  5.  Selama di makam Sunan Geseng ia  melihat penampakan Kanjeng Sunan Geseng yang wajahnya sangat halus seperti tak ada pori-porinya dan bersinar. Waktu itu Kanjeng Sunan mengatakan, orang di dunia ini hanya memikirkan umur. Peringatan dari Kanjeng Sunan, bahwa orang di dunia ini hanya memikirkan perkara duniawi saja. Sebab, umur itu dari kata bahasa Arab, umurun, yang berarti perkara.

  6. Sedangkan ilham kedua berkaitan dengan tujuan saya. Ini rahasia. Tetapi, tujuan saya tirakat adalah untuk belajar dari kehidupan. Kiai Guru saya berpesan, bertirakat di Makam Sunan Geseng ini agar saya bisa menjadi kiai dan mendirikan pesantren sendiri. Belajar dari para leluhu

  7. Kisah syiar Islam Wali asal Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah itu sangat legendaris. Seperti yang sudah mafum diketahui umum, Sunan Geseng adalah murid Kanjeng Sunan Kalijaga. Kesaktiannya sangat tinggi.

  8. Bahkan sebelum menjadi wali, Sunan Geseng yang semula bernama Cokrojoyo itu sudah terkenal gentur laku tirakat. Ketika orang kesulitan mencari nira sebagai bahan membuat gula kelapa, Cokrojoyo tak pernah kekurangan nira. Mantra yang selalu ditembangkan setiapkali hendak memanjat pohon kelapa membuat nira yang diperolehnya senantiasa melimpah.

  9. Muhammad Hafidz (30), pelaku tirakat di Makam Sunan Geseng yang ditemui posmo pekan kemarin, mengungkap, sudah sejak kecil Cokrojoyo dikenal gentur laku tirakat dan menjalani hidup sebagai pembuat gula kelapa. Namun, kehidupannya berubah total setelah pertemuannya dengan Kanjeng Sunan Kalijaga. Cokrojoyo terpikat oleh kesaktian Kanjeng Sunan Kalijaga yang bisa merubah setangkup gula kelapa menjadi emas.

  10. Kisah Sunan Geseng yang sudah populer menceritakan, ketika itu Cokrojoyo sedang membuat gula kelapa sembari melantunkan tembang. Sunan Kalijaga yang belum dikenalnya datang dan menanyakan maksud dari tembang yang dilantunkan oleh Cokrojoyo itu.

  11. Dengan yakinnya, Cokrojoyo mengatakan kalau tembang yang dilantunkannya itu adalah mantra yang bisa membuat gula aren buatannya bagus dan berlimpah. Namun, Sunan Kalijaga menyangkal. Tidak terima disangkal, Cokrojoyo lalu meminta Sunan Kalijaga membuktikan kesaktiannya.

  12.  

  13. Murid Sunan Kalijogo

  14. Lalu, terjadilah peristiwa setangkup gula aren menjadi emas lantaran sabda Kanjeng Sunan Kalijaga. Cokrojoyo yang terkejut melihat gula kelapa menjadi emas, segera memburu Kanjeng Sunan Kalijaga untuk berguru.Cokrojoyo akhirnya diterima menjadi murid Kanjeng Sunan Kalijaga. Sejak itu, Cokrojoyo mengikuti Kanjeng Sunan Kalijaga untuk berguru sembari menyebarkan Islam.

  15. Suatu ketika Kanjeng Sunan Kalijaga hendak pamit pergi ke Demak Bintoro, dan Cokrojoyo diperintahkan menunggui tongkatnya di tengah hutan. Patuh dengan perintah sang guru, Cokrojoyo segera duduk bersila di depan tongkat Kanjeng Sunan. Sementara itu, Kanjeng Sunan segera pergi ke Demak.

  16. Kanjeng Sunan baru ingat kalau meninggalkan Cokrojoyo bertapa di tengah hutan setelah tiga tahun kemudian. Kanjeng Sunan segera mencarinya. Tetapi, hutan tempat Cokrojoyo bertapa sudah sangat lebat. Kanjeng Sunan lalu memutuskan mencarinya dengan cara membakar semak belukar yang sangat lebat. Anehnya, Cokrojoyo tidak ikut terbakar. Kanjeng Sunan mendapati Cokrojoyo sedang bersujud di hadapan tongkatnya. Kanjeng Sunan lalu mencabut tongkatnya dan segera membawa Cokrojoyo ke sebuah sendang.

  17. Sekarang, sendang tempat memandikan Cokrojoyo itu dinamakan Sendang Panguripan atau Sendang Banyu Urip. Berada di dekat Kali Oya desa Dlingo, Bantul, sebelah selatan desa Srimulyo. Di desa Dlingo itu, kata Hafidz, ada sebuah pedukuhan bernama Mulad. Dari kata mulad-mulad yang berarti api yang berkobar-kobar.

  18. Mungkin pedukuhan Mulad itu tempat Cokrojoyo bertapa dan dibakar. Dan, sesudah mandi di Sendang Panguripan Cokrojoyo ditasbihkan menjadi wali dengan gelar Sunan Geseng.Kisah perjalanan Cokrojoyo sampai menjadi wali, menjadi inspirasi bagi banyak santri di banyak daerah. Ziarah ke makam Sunan Geseng merupakan perintah dari gurunya di sebuah pesantren di Boyolali.  KOKO T.

  19.  

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat