Rabu, 06 Agustus 2014

Situs Peninggalan Sendang Duwur Lamongan





Kekeramatan Sumur Giling Sunan Sendang Duwur di Lamongan, Jatim
----------------------------------------------------------------------------------------
Dibuat di Atas Bukit Amintuno

Keberadaan sumur gemuling ada diatas bukit. Sumur ini buatan Sunan Sendang Duwur atau  yang lebih dikenal dengan nama  Raden Noer Rochmat.  Sumur ini memiliki keunikan tersendiri dan keramat. Berikut ini laporan posmo. 

Sumur Giling mempunyai kedalaman 35 m di lengkapi dengan alat untuk mengambil  air yang di sebut Gilingan yang di pasang di atas lubang sumur. Menurut ceritanya setelah berhasil Raden Noer Rochmat  mendirikan masjid di puncak Gunung Amintuno, beliau kesulitan untuk mendapatkan air wudlu di sekitar.
Dalam semedinya, atas ijin Allah Raden Noer Rochmat di beri petunjuk ada asap kecil yang menjulang tinggi. Setelah di dekati ternyata ada sebuah pusaka yang menancap di tanah. Kemudian tanah itu di gali hingga keluar airnya. Lalu pusaka itu di beri nama Sumber Wangun Wati
Kemudian Raden Noer Rochmat ketika membuka lahan pertaniannya, beliau kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan pertanian tersebut, untuk mengairi tanamannya beliau membuat sebuah sumur. Raden Noer Rochmat  merasa senang karena sumur tersebut juga bisa di manfaatkan oleh penduduk sekitar.
Masyarakat gembira dengan adanya sumur tersebut. Karena selama ini mengalami kesulitan air. Sunan Sendang Duwurlah yang memberi pertolongan kepada masyarakat sekitar. Sehingga tidak mengalami kesulitan air lagi, baik untuk keperluan kebutuhan sehari-haru maupun lahan pertanian.
Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, sebab banyak kejadian yang membuat Raden Noer Rochmat menjadi sedih dan merasa berdosa. Salah satu kejadiannya yaitu ketika didesa itu punya acara hajatan sapi yang akan di sembelih tiba-tiba menjadi kebal. Sehingga tidak bisa di potong.
Akibatnya sapi tersebut di tusuk sama pohon rontal/siwalan. Sehingga sumur itu di tutup dengan batu gilang dan di atasnya di tanami pohon jangkang yang sampai sekarang tempat itu terkenal dengan sebutan sumur jangkang. Hany saja  orang-orang  jarang yang berani mendekati sumur tersebut. Jika mendekat dan mengambil airnya kalau  ada keperluan saja. Mengingat sumur itu telah dikeramatkan
Sumur sedalam 35 meter itu terletak di atas bukit.  Warga dan peziarah meyakini sumur ini memiliki keistimewaan. Pasalnya, di ketinggian bukit yang mencapai 70 meter dari permukaan tanah, terdapat sumur yang mengeluarkan air melimpah. Padahal, di daerah di bawah perbukitan sering kesulitan air.
Untuk mengambil air di dalam sumur, Sunan Sendang Duwur membuat gilingan dari kayu.
Gilingan kemudian dilengkapi tali. Di depan gilingan, tepatnya di kanan dan kiri, dibuatkan tempat duduk. Ketika gilingan itu diputar, maka tali yang dipasang akan mengangkat dan menurunkan timba.   ”Jadi sambil duduk, kaki kita menggerakkan gilingan seperti mengayuh sepeda.” kata Syaifullah.

Ritual Mandi Air
Sumur itu kini dijaga warga setempat bernama Alim. Pria berusia 50-an tahun itulah yang duduk di kursi dan mengayuhkan kakinya ke alat penggilingan untuk menimba air. Belakangan ini, Alim sering sekali mendapatkan order menimba air sumur untuk para caleg.
Terakhir, pada akhir pekan lalu Alim melayani seorang caleg partai besar yang bertarung memperebutkan kursi DPR RI. Menurut juru kunci makam, Syaifullah, banyak caleg yang datang untuk menjalani ritual mandi di sumur tua itu. Tepat di sebelah sumur, terdapat kamar mandi. Ada lubang di dinding kamar mandi. Air dari sumur, dialirkan ke dalam bak di kamar mandi melalui lubang itu.
Si caleg itu datang tengah malam. Selain alasan lebih khusyuk, agar tidak menarik perhatian warga dan peziarah lain. Ritual mandi air sumur itu diyakini para caleg bisa membersihkan diri mereka dari kesialan. Mereka percaya, air sumur giling ini bisa memudahkan mereka menduduki kursi wakil rakyat.
Makanya,  sekalipun air dan suhu perbukitan cukup dingin, para caleg tidak mempedulikannya. ”Biasanya yang menyuruh mandi itu penasihat spiritual caleg. Jadi, kami di sini hanya
Pria yang juga keturunan  Sunan Sendang Duwur itu mengatakan, setelah ritual mandi, para caleg ini biasanya naik ke bukit untuk berdoa di areal inti makam Sunan Sedang Duwur. Mereka membaca doa atau berdiam diri mulai pukul 01.00 sampai 03.00. Doa yang dipanjatkannya pun bermacam-macam.
Hanya saja Syaifullah sudah mewanti-wanti agar para caleg dan rombongannya itu tidak berbuat yang aneh-aneh selama di areal makam. “Saya sudah katakan jangan sampai aneh-aneh atau mendekati kesyirikan. Kalau ketahuan, saya langsung tegur. Di dalam makam saya juga sudah buat tulisan besar agar para peziarah selalu berdoa dan meminta kepada Allah, bukan ke makam,” kata bapak dua anak itu. Gamal Ayatullah




1 komentar:

Buku PAUD mengatakan...

Terimakasih untuk infomasinya gan.. slaam blogger. by. ginda

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat