Kisah Syekh Datul Kahfi Menyebarkan
Agama Islam di Cirebon
Guru
Sunan Gunung Jati, Siti Jenar dan Kalijogo
Syekh
Nurjati adalah pendahulu Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal
juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi. Syekh Datuk Kahfi
yang bernama asli Idholfi Mahdi merupakan keturunan dari Syekh Datuk Ahmad. Berikut ini kisah perjalanan hidupnya hingga
ke Cirebon.
Syekh
Datuk Kahfi yang bernama asli Idholfi Mahdi lahir di Semenanjung Malaka. Ia juga merupakan buyut dari Pangeran Santri (Ki
Gedeng Sumedang), penguasa di Kerajaan Sumedang Larang, Jawa Barat, Ia juga merupakan keturunan dari Amir
Abdullah Khan.
Syekh
Muhammad Kahfi memiliki banyak nama yaitu
Syekh Datuk Kahfi, Syekh Idhofi dan Syekh Nurul Jati. Nama Kahfi yang
menyertai namanya berasal dari bahasa Arab yang berarti gua. Karena tempat ia
mengajar ilmu agama adalah didalam gua. Dimana gua tersebut hingga kini masih
dapat dilihat di punjer bumi Gunung Jati. Dulunya namanya Giri Amparan Jati.
Di
masyarakat Jawa Barat Syekh Datul Kahfi adalah tokoh penyebar Islam di wilayah yang
sekarang dikenal dengan nama Cirebon. Juga sebgai leluhur raja-raja Sumedang yang pernah berkuasa di
Jawa Barat setelah runtuhnya kerajaan Pajajaran.
Dalam
kaitan dengan Sunan Ampel, Abdul Syekh Datuk Kahfi adalah cucu keponakan dari
Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
(Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar Jumadil Kubro). Karena kakeknya,
Syekh Maulana ‘Isa ‘Alawi adalah adik satu ayah (Syekh Ahmadsyah Jalaluddin)
dengan Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini.
Oleh karena itu, sejak kecil sudah hidup dalam lingkungan keluarga yang taat menjalankan perintah ajaran Islam. Mengingat leluhurnya merupakan ulama-ulama yang menyebarkan ajaran Islan dari Persi hingga Indonesia. Tanpa kenal takut akan kelaparan.
Oleh karena itu, sejak kecil sudah hidup dalam lingkungan keluarga yang taat menjalankan perintah ajaran Islam. Mengingat leluhurnya merupakan ulama-ulama yang menyebarkan ajaran Islan dari Persi hingga Indonesia. Tanpa kenal takut akan kelaparan.
Setelah
beranjak dewasa pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu dan berhaji. Syekh Datuk
Kahfi kemudian pergi ke Bagdad dan menemukan jodohnya dengan Syarifah Halimah
serta mempunyai putra putri. Kemudian Syekh Datuk Kahfi diutus oleh Raja
Bagdad untuk berdakwah di tanah Jawa.
Syekh Datuk Kahfi yang berangkat bersama rombongan dari Bagdad sebanyak sepuluh pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati. Rombongan ini diterima Penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati sekitar 1420 M.
Syekh Datuk Kahfi yang berangkat bersama rombongan dari Bagdad sebanyak sepuluh pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati. Rombongan ini diterima Penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati sekitar 1420 M.
Syekh
Datuk Kahfi mendapatkan izin dari Ki Gedeng Tapa untuk bermukim di daerah
Pesambangan, di sebuah bukit kecil yang bernama Giri Amparan Jati. Syekh Datuk
Kahfi pertama kali menyebarkan ajaran Islam di daerah Amparan Jati, Cirebon.
Di tempat baru tersebut, Syekh Datuk Kahfi mulai berdakwah mengajak masyarakat untuk mengenal dan memeluk agama Islam. Setelah mendengar tentang agama baru itu, orang-orang berdatangan dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan tulus ikhlas. Semakin hari semakin banyak orang yang menjadi pengikut Syekh Datuk Kahfi. Hingga akhirnya menjadi seorang ulama yang terkenal akan keilmuannya.
Di tempat baru tersebut, Syekh Datuk Kahfi mulai berdakwah mengajak masyarakat untuk mengenal dan memeluk agama Islam. Setelah mendengar tentang agama baru itu, orang-orang berdatangan dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan tulus ikhlas. Semakin hari semakin banyak orang yang menjadi pengikut Syekh Datuk Kahfi. Hingga akhirnya menjadi seorang ulama yang terkenal akan keilmuannya.
Ia
tidak hanya terkenal di Cirebon,
melainkan Jawa Tengah. Sehingga
putra-putri raja Pajajaran berguru kepada beliau. Juga Sunan Kalijogo
ingin berguru kepada Syekh Datul Kahfi
dalam ilmu tasawuf lebih dalam lagi. Mengingat dasar-dasar ilmu tasawuf sudah
didapatkan dari Sunan Bonang.
Adapun para santri Syekh Datuk Kahfi, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang; anak-anak dari Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Prabu Jaya Dewata - Siliwangi III, raja dari Kerajaan Pajajaran. Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijogo. Syekh Abdul Jali Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah dan Sunan Kalijogo.Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah dan Sunan Kalijogo dan Syekh Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar).
Adapun para santri Syekh Datuk Kahfi, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang; anak-anak dari Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Prabu Jaya Dewata - Siliwangi III, raja dari Kerajaan Pajajaran. Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijogo. Syekh Abdul Jali Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah dan Sunan Kalijogo.Beberapa mubaligh Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah dan Sunan Kalijogo dan Syekh Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar).
Mendapat Dukungan Istri
Dalam interaksinya dengan masyarakat sekitar, akhirnya Syekh Datuk Kahfi menikah dengan Hadijah. Hadijah adalah cucu Haji Purwa Galuh (Raden Bratalegawa, orang pertama yang pergi berhaji dari Jawa Barat, yang saat itu masih bernama Kerajaan Galuh), janda dari seorang saudagar kaya raya yang berasal dari Hadramaut. Dengan pria tersebut Hadijah tidak dikaruniai putra, namun setelah pria itu meninggal dunia, Hadijah memperoleh seluruh harta warisan dari suaminya.
Setelah suaminya meninggal , Hadijah bersama kedua orang tua nya pulang ke Kerajaan Galuh dan menetap di Dukuh Pesambangan. Harta warisan tersebut digunakan Hadijah bersama suami barunya, yaitu Syekh Nurjati untuk membangun sebuah pondok pesanteren yang bernama Pesambangan Jati. Pernikahan Syekh Datuk Kahfi dengan Hadijah dikaruniai seorang putri yang bernama Nyi Ageng Muara, yang kelak menikah dengan Ki Gede Krangken.
Dalam interaksinya dengan masyarakat sekitar, akhirnya Syekh Datuk Kahfi menikah dengan Hadijah. Hadijah adalah cucu Haji Purwa Galuh (Raden Bratalegawa, orang pertama yang pergi berhaji dari Jawa Barat, yang saat itu masih bernama Kerajaan Galuh), janda dari seorang saudagar kaya raya yang berasal dari Hadramaut. Dengan pria tersebut Hadijah tidak dikaruniai putra, namun setelah pria itu meninggal dunia, Hadijah memperoleh seluruh harta warisan dari suaminya.
Setelah suaminya meninggal , Hadijah bersama kedua orang tua nya pulang ke Kerajaan Galuh dan menetap di Dukuh Pesambangan. Harta warisan tersebut digunakan Hadijah bersama suami barunya, yaitu Syekh Nurjati untuk membangun sebuah pondok pesanteren yang bernama Pesambangan Jati. Pernikahan Syekh Datuk Kahfi dengan Hadijah dikaruniai seorang putri yang bernama Nyi Ageng Muara, yang kelak menikah dengan Ki Gede Krangken.
Setelah
menikah Syekh Datul Kahfi lebih bergiat dalam berdakwah. Karena mendapat
dukungan dari istrinya yang kaya raya itu. Sehingga sudah tidak memikirkan lagi
soal makan dan uang. Sebab semuanya telah tersedia. Ia lebih memikirkan
murid-muridnya yang semakin hari jumlahnya cukup banyak. Hidupnya hanya dijalani untuk
mengislamkan masyarakat Jawa
Barat yang masih banyak memeluk agama leluhur
Di
Giri Amparan Jati Syekh Datul Kahfi membangun pondok pesantren yang letaknya
disebelah timur makam Sunan Gunung Jati. Pesanterennya kini sudah tidak berujud
dan hanya tinggal puing-puing reruntuhannya dan makam. HUSNU MUFID
Silsilah
Syekh
Datuk Kahfi bin
Idholfi
Mahdi bin
Datuk
Ahmad bin
Maulana ‘Isa ‘Alawi bin
Ahmadsyah
Jalaluddin bin
Amir
‘Abdullah Khonnuddin bin
Abdul Malikal Azmatkhan bin
Alwi Ammil Faqih bin
Ali
Kholi' Qosam bin
Muhammad
Shohib Mirbath bin
Alwi
Ats-Tsani bin
Muhammad
Shohibus Saumiah bin
Alawi
(Alwi) Awwal bin
Ubaidillah
bin
Al-Imam
Ahmad Al-Muhajir bin
Isa
Ar-Rumi bin
Muhammad
An-Naqib bin
Ali
Al-Uroidhi bin
Ja’far
Ash-Shoddiq bin
Muhammad
Al-Baqir bin
Ali
Zainal Abidin bin
Sayyidina
Husain As-Sabith bin
Sayyidina
Ali bin
Abi
Tholib- Sayyidah Fathimah Az-Zahro binti
Nabi Muhammad
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat