Senin, 08 Januari 2018

Sunan Gunung Jati ke Palestina


Kisah Pengembaraan  Sunan Gunung Jati di Palestina

Menemukan Kitab Usul Kalam di Istana Bani Israil

Sunan Gunung Jati atau Syerif Hidayatullah semasa mudanya tinggal di kerajaan Mesir. Tapi tidak suka berlama-lama tinggal di istana, melainkan suka mengembara. Bagaimanakah kisah pengembaraannya. Berikut ini.

Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan nama Sunan  Gunung Jati adalah putra dari Sultan Hud, yang memiliki  wilayah kekuasaan mulai dari Mesir hingga Palestina. Ibunya bernama  Ratu Nyimas Larasantang.  Tapi setelah menjadi istri raja Mesir berganti nama menjadi  Syarif Mudaim.
Semasa mudanya  Syarif Hidayatullah lebih suka mengembara daripada tinggal di istana kerajaan. Lokasi pengembaraannya  hingga sampai ke  daearh Palestina. Di daerah Palestina, Syarif Hidayatullah merasa aman-aman saja. Karena merupkan wilayah kekuasaan  ayahnya.  Orang Yahudi dan Nasrani pun harmat dengannya. karena dianggap sebagai putra mahkota kerajaan Mesir.
Dalam pengembaraannya ia menemukan sebuah kitab yang selama ini dicari ulama-ulama kerajaan. Namanya Kitab Usul kalam yaitu suatu kitab yang ditemukan di Gedong Agung dalam Istana Bani Israil, kitab tersebut ditulis dengan menggunakan tinta emas dan didalamnya membahas mengenai hakikat Nabi Muhammad dan menjelaskan mengenai Dzat Allah yang maha suci.
Syarif Hidayatullah merasa gembira. kemudian membaca kitab tersebut. Rupanya kitam itu mempu mempengaruhi  jiwa dan pikiran cucu Raja Pajajaran. Setelah membaca kitab tersebut, Syarif Hidayatullah mepunyai keinginan kuat untuk  berjumpa dengan Nabi Muhamad.
Oleh karena itu, ia kembali ke Mesir untuk minta ijin kepada orang tuanya. Tapi sayangnya sesampainya di istana kerajaan mendapat kabar ayahnya telah meninggal dunia. hatinya pun sedih. Tapi tidak menyurutkan  niatnya untuk  bertemu dengan Nabi Muhammad meskipun telah meninggal dunia beberapa abad lamanya.
Ketika ada keputusan yang menyatakan, bahwa  penerus tahta adalah Syarif Hidayatullah. Karena beliau merupakan anak laki-laki pertama dari Sultan Hud dan Ratu Nyimas Larasantang. Keputusan tersebut ia tolak. Sehingga  jabatan raja diberikan kepada adiknya yang nomor dua.  Syarif Hidayatullah meminta supaya di ijinkan melakukan pengembaraan  mencari Nabi Muhamad SAW.
Ijin tersebut membuat ibunya kaget bukan kepalang. Ibunda Syarif Hidayatullah, dalam keadaan itu kemudian  berkata “Wahai anaku bukankah Nabi Muhamad telah wafat dan dikuburkan di Madinah, Anaku, bagaimana mungkin ananda bisa berjumpa dengan beliau?, sudahlah anaku, janganlah engkau pergi!”
Mendapati gelagat aneh dari anaknya itu, Ratu Nyimas Larasantang merasa khawatir dan memberitahukan kepada patihnya yang bernama Patih Onka, Sang Patih kemudian membujuk Syarif Hidayatullah muda, bujuknya agar jangan mengembara. Sebab Nabi Muhamad sudah wafat dan telah dikuburkan di Madinah lagipula penobatan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa Banisrail segera dilaksanakan.
Namun demikian Syarif Hidayatullah sudah kuat hatinya, ingin mengembara mencari Nabi Muhamad, demikian katanya terhadap Sang Patih “Paman aku tidak mengangap beliau telah wafat, karena itu adalah urusan Allah yang bersifat maha pengasih.
Apakah Paman pernah mendengar ada orang yang telah wafat kemudian datang menemui orang hiidup?, memang Allah itu maha kuasa. Susah atau  mudahnya kita serahkan kepada Allah, begitu tambah Syarif Hidayatullah dengan keyakinan penuh”
Niat yang begitu besar akhirnya Patih Onka tidak bisa berbuat banyak. Kemudian mengijinkan Syarif Hidayatullah untuk  melakukan pengembaraan menemui Rosulullah.  Satu hari kemudian Syarif Hidayatullah meninggalkan Istana dan mengembara mencari Nabi Muhamd SAW. berbekal  baju, emas dan kuda sebagai tunggagannya.
Dalam pengembaraanya itu Syarif Hidayatullah menuju Palestina guna  mengunjungi Makam Nabi Sulaiman di Pulau Majeti. Beliau juga kemudian terdampar di Jabal Kahfi. Dalam perjalanan selanjutnya dimana Syarif Hidayatullah dalam keadaan lelah setelah seratus hari seratus malam tak kunjung menemukan Nabi Muhamad SAW.
Kemudian pada  malam hari dalam tidur lelapnya,  Syarif Hidayatullah memasuki   alam dimensi lain, beliau melihat alam nyawa dimana tempat berkumpulnya nyawa orang-orang yang telah wafat dalam perang sabil berada.
Dalam alam Nyawa itu, Syarif Hidayatullah kemudian didatangi oleh Nabi Khidir, dan beliau mengabarkan kabar gembira kepada Syarif Hidayatullah, bahwa keinginannya untuk dapat bertemu Nabi Muhamad akan terlaksana, Sang Nabi Khidirpun kemudian mengangkat Syarif Hidayatullah menjadi Waliullah.
Dengan menunggangi Kuda yang bernama Kuda Sembrani, Nabi Khidir kemudian membawa Syarif Hidayatullah melesat bagaikan kilat, tenggelam dalam ketidaktahuan arah, utara-barat-timur maupun selatan. Alam menjadi gelap gulita hingga akhirnya sampailah kepada suatu tempat yang terang benerang keduanya tiba di Gunung Mirah Wulung.

Burung Putih
Setelah Syarif Hidayatullah muda turun dari kudanya, kemudian Nabi Khidir meninggalkan beliu sambil berpesan, “Engkau tunggulah disini dengan sabar, nanti aka ada yang datang kepadamu, nanti akan kau lihat sendiri”
Selang beberapa lama setelah masa penantian, datanglah seekor burung putih keluar dari puncak gunung mendatangi Pemuda Syarif dan kemudian membawanya naik kepuncak gunung Mirah Wulung. Syarif Hidayatullah muda dibawa ke Masjid Kumala.
Tanpa diketahui kedatangannya, kemudian terlihat Rasullalah, cahayanya menyilaukan memancar menerangi alam sekelilingnya. Syarif Hidayatullah lalu menghambur untuk bersujud dihadapan Nabi, akan tetapi bahunya segera diangkat oleh Nabi, dan Sabdanya “Nanti kamu Kafir kalau menyembah sesama manusia.!, sebab sejak awalnya sujud itu hanya kepada Allah”
Pemuda Syarif kemudian berkata “Hamba mohon Syafaat, baiat kepada sejatinya, semoga selamat dunia samppai akhirat”  Artinya: “(Hai anak muda, yang akan menjadi pengganti diriku. Ingatlah kamu selalu kepada sesama hidup. Karena hidup itu tidak berbeda, tidak bisa dibunuh karena sukmanya itu Allah. Jangan sampai nanti terlambat, hanya ada satu tak ada duanya, yaitu itulah engkau adanya. Namun lahir harus memaki Tirai, untuk meramaikan Negara, berikan petunjuk kepada hamba Allah, berhati-hatilah dalam tutur kata. Sempurnakanlah amal syariat yang utama dengan berbakti kepada ayah dan bunda, dan kunjungilah Ka’bah Allah, carilah guru yang saleh dan janganlah meninggalkan adat dunia, hanya itulah nasihatku)”
Maka selesai sudah baitanya Rasullallah. Syarif Hidayatullah pun kemudian bersukur karena tercapai sudah keinginanya yaitu berjumpa dengan Nabi Muhamad SAW. HUSNU MUFID

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat