Senin, 08 Januari 2018

Sunan Prapen






Kisah Zaman Kejayaan Sunan Prapen di  Giri Kedaton 

Melantik  Sultan Pajang dan Panembahan Senopati

Sunan Prapen merupakan keturunan cucu dari Sunan Giri. Memiliki kekuasaan  politik di wilayah bekas kerajaan Majapahit. Khususnya diwilayah  Pantai Utara  Jawa setelah mengalahkan prajurit kerajaan Majapahit dibawah  pimpinan  Prabu Girindrawaedhana. Berikut ini kisahnya.

Sunan Prapen merupakan  penguasa keempat yang memerintah Giri Kedaton,  antara tahun 1548 sampai 1605 M. Selama  memerintah mengalami kejayaan yang cukup besar.
Sunan Prapen juga seorang pujangga besar di masanya. Dia lah yang menggubah kitab Asrar dan kemudian digunakan sebagai dasar menyusun Jangka Jayabaya. Selain itu, Sunan Prapen juga dikenal sebagai mpu atau pembuat keris. Karyanya yang terkenal di bidang pembuatan keris adalah keris Angun-angun.
Saat dipimpin Sunan Prapen, Giri Kedaton bukan hanya sebagai tempat   belajar agama namun menjadi daerah yang mempunyai pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan politik.
Pada wal masa pemerintahannya Sunan Prapen merupakan  sosok ulama yang memiliki kemampuan politik. Sehingga  daerah-daerah bekas  wilayah jajahan  kerajaan Majapahit  menyatakan setia padanya.
Hal inilah yang membuat Prabu Girindrawardana memerintahkan Patih Udara untuk menyerang Giri Kedaton. Jika  nantinya mengalami kemenangan, maka  bekas kekuasaan  kerajaan Majapahit yang  telah melakukan  menyatakan setia kepada Sunan Prapen  akan kembali dikuasai.  karena pimpinannya yaitu Sunan Prapen tidak mau menyatakan takluk kepada Majapahit.
Perintah itupun kemudian ditindaklanjuti, maka Patih Udara mengerahkan pasukannya dari Kediri menuju  Gresik untuk melakukan penyerangan. Seribu prajurit kerajaan Majapahit  menyerang Giri Kedaton. Perlawanan pun dilakukan oleh prajurit Giri Kedaton. Tapi sayang  tidak mampu menghadapi serangan yang jumlahnya cukup banyak.  Akhirnya mampu menguasai hampir sebagian wilayah Giri Kedaton, dan banyak menewaskan para santri yang ada.
Seluruh bangunan di kawasan Giri semuanya dibakar habis, Giri Kedaton menjadi lautan api. Harta benda dijarah.Sunan Prapen dan pengikutnya lalu mundur ke makam Sunan Giri. Kemudian di Kompleks Makam tersebut Sunan Prapen berdoa kepada Allah SWT. Selesai berdoa kemudian memerintahkan juru kunci membuka pintu kayu jati di kompleks makam kemudian keluarlah ribuan tawon atau lebah beracun.
Ribuan tawon tersebut terbang ke angkasa, bergumpalan bagaikan awan hitam yang menyerang barisan pasukan Majapahit yang sedang bersenang-senang karena kemenangannya. Para prajurit Majapahit lari pontang-panting seluruh tubuhnya menjadi lebam. Karena sengatan lebah beracun, banyak korban yang tewas. Melihat keadaan yang tidak terkendali, sebagian prajurit lebih baik mencari selamat, lari masuk hutan.
Namun barisan lebah yang semakin banyak itu mengikuti larinya rombongan Patih Maudara hingga sampai di Kerajaan Majapahit. Lebah beracun itu kemudian menyerang ke dalam istana, geger seluruh penghuni yang ada di dalamnya.
Menyaksikan hal ini, Prabu Girindrawardana  kemudian menengadahkan tangannya ke langit, dan bersumpah, tidak akan mengganggu para santri dan Sunan Prapen, kecuali yang sudah terjadi. Setelah selesai sang Prabu Girindrawardhana mengucapkan sumpahnya, seluruh barisan lebah beracun, berbalik arah melesat ke udara, dan terbang ke arah  barat laut. Langitpun menjadi cerah. Hal inilah yang membuat akhirnya Girindrawardana membiarkan Giri Kedaton menjadi daerah bebas di luar kekuasaannya.
Setelah kerajaan  kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan akibat serangan Sultan Trenggono di Kediri, m aka kewibawaan Sunan Prapen semakin  tinggi. Ketika kerajaan Demak runtuh akibat perang saudara, maka Joko Tingkir minta restu  Sunan Prapen untuk menjadi seorang sultan. Kemudian  Sunan Prapen yang kemudian melantik Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menjadi sultan di Pajang.

Petinggi VOC
Bahkan ketika Kesultanan Pajang mengalami keruntuhan, maka Sunan Prapen juga memberi restu Panembahan Senopati menjadi raja kerajaan Mataram. "Selama hidupnya  selalu  pelantik atau pemberi restu kepada raja kerajaan Mataram,"ungkap Prof. Dr. Ali Mufrodi, MA  Guru Besar UINSA Surabaya.
Begitupula dengan sejumlah raja Islam di wilayah Indonesia Timur seperti di Pulau Kalimantan, Lombok dan Maluku juga diberikan restu oleh Sunan Prapen saat pelantikannya.Sehingga petinggi VOC saat itu menyatakan kalau Sunan Prapen bertindak seperti Paus penguasa Tahta Suci Vatikan yang juga memberikan restu dan berkah kepada raja-raja di Eropa.
Sunan Prapen wafat pada tahun 1605 M. Makam Sunan Prapen terletak di Desa Klangonan Kecamatan Kebomas sekitar 400 meter di sebelah barat Makam Sunan Giri, dalam sebuah cungkup berarsitektur unik dengan ukiran bernilai seni tinggi. HUSNU MUFID


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat