Kamis, 23 Oktober 2014

Makam Syarifah Khodijah di Bangil




Kekeramatan Makam Cucu Sunan Gunung Jati di Bangil, Pasuruan, Jatim
Cikal Bakal Para Ulama Besar

Semasa hidup, Syarifah Khodijah kondang disebut Mbah Ratu Ayu dikenal sebagai sosok yang memiliki karomah besar. Beliau juga penyebar agama Islam yang militan di Kabupaten Pasuruan sekaligus sebagai cikal bakal sejumlah ulama besar di kabupaten tersebut. Tak pelak, setiap digelar haulnya yang jatuh pada bulan Rajab hari Ahad, Minggu kedua atau ketiga, makamnya selalu dibanjiri para peziarah yang sengaja datang dari berbagai daerah di tanah air. Mbah Ratu Ayu, siapa sejatinya beliau?

Data sejarah menyebut, beliau adalah cucu Maulana Sultan Hasanuddin bin Maulana Syarif Hidayatullah, atau Kanjeng Sunan Gunung Jati yang makamnya berada di Cirebon, Jabar. Tak sama dengan sang bapak yang dikebumikan di Cirebon, Mbah Ratu Ayu, saat ajal menjemput jasadnya justru dikebumikan di Jatim. Persisnya di kawasan rest area Swadesi Kersikan, Bangil, Pasuruan.
Pastinya bukan tanpa alasan kalau sosok yang selama hidupnya dikenal sebagai cikal bakal dari sejumlah ulama besar di Kabupaten Pasuruan itu sampai dimakamkan di daerah itu. Posmo mendapat konfirmasi dari Kholik, juru kunci makamnya.
Pria ini berkisah, dimakamkannya Mbah Ratu Ayu di Bangil ini bermula ketika beliau dirundung rasa kangen yang teramat sangat kepada kedua putranya, Sayid Arifuddin atau Arif Segoropura dan Sayid Sulaiman Mojoagung. Kedua putranya itu tengah belajar ilmu agama di pondok pesantren milik Mbah Soleh Semendi di daerah Winongan, yang juga sebagai famili atau adiknya.
“Kemudian berangkatlah beliau ke sana. Tetapi dalam perjalanan pulang saat masih sampai di Bangil, beliau mendadak jatuh sakit dan akhirnya ajal menjemput. Dan jasadnya lalu dimakamkan di pemakaman di daerah yang sekarang disebut dengan Wetan Alun, karena memang letaknya di wetan (Bahasa Jawa yang artinya timur) dari alun-alun Bangil ini,” katanya.
Lama tak ada orang yang mengenali makamnya, hingga pada suatu saat, kata Kholik, ada seorang Habib bernama Ba’bud dari daearah Lawang, Malang, Jatim. Ya seperti telah mendapat firasat, sang habib mengunjungi makam Syarifah Khadijah. Setelah melihat sendiri keberadaan makam itu, sang habib yakin bahwa makam itu bukanlah pekuburan orang sembarangan, bahkan menurutnya itu makam seorang wali. Oleh sebab itu, untuk membedakan dengan makam-makam lain yang ada di sekitarnya, dibangunlah sebuah gedung untuk tetenger.

 

Miliki Karomah

Masih satu area dengan makam Syarifah Khadijah, adalah pekuburan Abdullah bin Abdurrahman, yang disinyalir dulu merupakan pembantunya saat beliau masih hidup. Selain itu, ada juga makam KH. Qosyim Muzammil dan satu makam yang terpisah dari bangunan persisnya di sebelah timur, ada makam Habib Qosim Basyaiban, yang berada dalam gedung tersendiri.
Menurut H. Nur, penduduk setempat, makam tersebut sudah ratusan tahun umurnya. Lantaran jasanya yang cukup besar semasa hidupnya, setelah wafat pun kebesaran karomah almarhum pun masih terus diburu oleh para peziarah. Ini terbukti saat datang haulnya yang digelar di bulan Rajab, hari Ahad, Minggu kedua atau ketiga, selalu dibanjiri oleh peziarah. Mereka datang dari berbagai daerah.
Dalam sejarah tutur yang diyakini akan kebenarannya oleh warga setempat, Syarifah Khodijah dikenal sebagai sosok waliyullah perempuan yang cukup mumpuni dengan karomahnya. Ada kisah menarik terkait dengan karomah almarhum. Suatu saat ada seorang pedagang yang kerap berziarah di makamnya. Imbas dari seringnya berziarah, dagangannya semakin hari tambah laris, rezekinya mengalir deras. Cerita lain, ada anak umur 12 tahun yang bisu sejak lahir, saat hadir pada perayaan haul Mbah Ratu Ayu, tiba-tiba mendapat mukjizat luar biasa, anak itu langsung bisa bicara. Cahya
// Boks Tersendiri //

// Silsilah Syarifah Khodijah dari Jalur Sunan Gunung Jati
1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
2. Sayyidatina Fatimah Az Zahroh, RA
3. Sayyidina Husein bin Ali
4. Sayyidina Ali Zainal Abidin
5. Sayyidina Muhammad Baqir
6. Sayyidina Ja’far Shodiq
7. Sayyidina Ali Al Uraidhi
8. Sayyidina Muhammad Naqib
9. Sayyidina Isa
10. Sayyidina Ahmad Muhajir
11. Sayyidina Ubaidillah
12. Sayyidina Alwi
13. Sayyidina Muhammad
14. Sayyidina Alwi
15. Sayyidina Ali Kholi’ Qosam
16. Sayyidina Muhammad Shahib Mirbath
17. Sayyidina Alwi
18. Sayyidina Abdul Malik
19. Sayyidina Abdulloh Adzmat Khan
20. Sayyidina Ahmad Syah Jalal
21. Maulana Jamaluddin Akbar
22. Maulana Ali Nuruddin
23. Maulana Amiduddin Abdulloh
24. Syarif Hidayatulloh, sunan Gunung Jati Cirebon
25. Maulana Sultan Hasanuddin
26. Syarifah Khodijah (Ibu Sayyid Sulaiman Basyaiban) .Cahya

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat