Selasa, 30 Agustus 2016

Kisah Syekh Bela Belu


Syekh Bela Belu Islamkan Penyembah Ratu Kidul di Pantai Selatan
Syekh Bela Belu merupakan wali yang berhasil mengislamkan Kisah penduduk yang berada di wilayah Pantai Selatan Jawa. Melengkapi dakwah wali songo yang wilayah dakwahnya belum menyentuh Yogya dan Pantai Parangtritis. Berikut ini kisah dakwahnya.
Syekh Bela-Belu atau Raden Jaka Bandem yang nama aslinya Raden Dandhun menetap di perbukitan Parangtritis setelah Majapahit mengalami keruntuhan akibat serangan Patih Udara atas perintah Raja Grindrawardhani yang bermaksa di Kediri. Sedangkan Raja Brawijaya V dan sejumlah pengikutnya menyepi di Gunung Kidul. Nama asli Syekh Bela-Belu adalah Raden Jaka Bandem.
Syekh Bela-Belu dan Syekh Damiaking masuk agama Islam mengikuti jejak gurunya, yaitu Panembahan Selohening, yang telah masuk Islam terlebih dahulu setelah beliau kalah dalam berdebat dan beradu ilmu dengan Syekh Maulana Magribi di Pantai Parangtritis.
Setelah masuk Islam, Syekh Bela Belu menyebarkan agama Islam di daerah Pantai Selatan yang dulunya banyak dihuni gerombolan jin penganut Ratu Kidul yang bersemayam di Pantai Parangtritir. Ia berdakwah bersama Syekh Maulana Magribi yang bertempat tinggal di bukit Parangtritis yang lokasinya tidak jauh dari pantai Parangtritis Yogyakarta.
Syekh Bela Belu memang bukan sembarang wali pasca-wali songo, tetapi seorang wali yang memiliki kesaktian tingkat tinggi. Hal ini wajar karena masih keturunan raja-raja Majapahit yang terkenal sakti mandraguna. Baginya kalau urusan Ratu Kidul yang memiliki kerajaan di bawah laut Pantai Parangtritis merupakan pekerjaan yang dianggap gampang.
Sumbarnya Syekh Bela Belu bukan sekadar sombong, melainkan terbukti menjadi kenyataan. Ratu Kidul tunduk dengan sendirinya dan pengikutnya telah menjadi pengikut Syekh Bela Belu. Cukup banyak penyembah Ratu Kidul yang masuk Islam setelah bertemu dengannya di tengah perjalanan maupun datang ke tempat tinggalnya.
“Dalam berdakwah di tengah-tengah masyarakat yang menyembah Ratu Kidul tidak seperti wali songo pada umumnya, melainkan dengan caranya sendiri. Mengingat yang dihadapi bangsa lelembut Ratu Pantai Selatan. Caranya lebih banyak menggunakan kekuatan tenaga dalam dan kesaktian ilmu gaib,” ungkap Prof Dr. Amin Syukur, M.A., dosen IAIN di Semarang.
Syekh Bela Belu memang terkenal wali yang cukup sakti sejak sebelum masuk Islam. Ia kalahnya hanya dengan Syekh Maulana Magribi. Karena wali yang berjuluk Patas Angin itu lebih sakti darinya. Ia menyerah dan bersedia masuk Islam setelah menyatakan kalah adu kesaktian selama beberapa jam di bukit Parangtritis, Yogya.
Mengikuti Syekh Maulana Magribi
Kemudian Syekh Maulana Magribi memberikan tambahan ilmu kesaktian guna menghadapi para penyembah Ratu Kidul. Sebab penyembah Ratu Kidul juga memiliki kesaktian yang tinggi. Tidak bisa diislamkan dengan tabuhan menabuh gamelan dan menanggap wayang kulit. Namun harus dengan adu kesaktian yang tidak bisa dilihat dengan mata.
Boleh dibilang Syekh Bela Belu adalah wali yang mampu mengislamkan penduduk di wilayah Pantai Selatan. Yang penduduknya memeluk agama Islam pada saat wali songo banyak yang meninggal dunia. Waktu itu penduduk Pantai Utara sudah banyak yang masuk Islam. Namun penduduk di wilayah Pantai Selatan belum ada yang beragama Islam.
Dalam menyebarkan agama Islam Syekh Bela Belu dibantu oleh adiknya, Syekh Damaaking. Hingga akhirnya wilayah Pantai Selatan. Khususnya masyarakat Pantai Parangtritis masuk Islam. Oleh karena itu, ketika Kia Gede Pemanahan membabat Alas Mentaok di Yogya tidak mengalami kesulitan. Karena dibantu masyarakat yang telah masuk Islam.
Demikian pula dengan Danang Sutowijoyo ketika perang melawan Sultan Hadiwijoyo, Raja Pajang, dibantu oleh masyarakat muslim yang berasal dari Pantai Parangtritis yang telah masuk Islam. Maka dari itu Raja Mataram pertama itu berterima kasih kepada Syekh Bela Belu seorang wali yang mampu mengislamkan masyarakat Pantai Utara Jawa.
Setelah berhasil mengislamkan masyarakat wilayah Yogya dan Pantai Parangtritis, Syekh Bela Belu mengikuti perjalanan dakwak Syekh Maulana Magribi ke daerah lain yang penduduknya belum memeluk agama Islam. Ia selalu mengikuti ke mana pun Syekh Maulana Magribi pergi berdakwah. Oleh karena itu, namanya disebut Syekh Bela Belu.
Kini petilasannya dan tempat tinggalnya selalu diziarahi masyarkat Yogyakarta. Mereka bukan sekadar berziarah, tetapi membawa makanan nasi liwet. Karena selama hidupnya beliau konon suka sekali makan nasi ayam liwet, yaitu nasi yang dimasak dengan santan kelapa dan diisi daging ayam. Karenanya, peziarah yang doanya terkabul akan mengadakan syukuran dengan membuat caos dhahar (mempersembahkan makan) berupa nasi liwet ayam ini. Selain itu, mereka juga biasanya menyumbang untuk dana perbaikan.
Area makam di puncak perbukitan ini cukup luas, dan terlihat relatif rapi. Saya sempat berbincang dengan kuncen, meski hanya sebentar. Namanya Ki Jumadi yang saat itu berusia 64 tahun. Ia mengatakan bahwa Makam Syekh Bela-Belu lazimnya ramai peziarah di setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, namun jauh lebih ramai pada malam 1 Syuro.
Makam Syekh Bela-Belu Parangtritis yang berada persis di tepi sebelah kiri jalan, jika pengunjung datang dari arah Yogya. Dasar undakan menuju ke puncak perbukitan di mana makam berada terlihat di belakangnya. Kuncup bunga kuning dengan kelopak bunga hijau di puncak pilar gapura mungkin penanda bahwa yang empunya makam masih memiliki darah bangsawan. HUSNU MUFID



2 komentar:

Sri sp Benglee mengatakan...

Alhamdulillah dpt khazanah Islam di Nusantara

Anonim mengatakan...

Mohon infonya perjalanan Syeikh Belu belu sebelum masuk islam.
Mulai dari Majapahit hingga menetap di skitar Parangtritis.
Sebab di Kediri & Nganjuk ada info terkait petilasan Syeikh Bela belu.

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat