Senin, 04 September 2017

Sunana Kudus Merayakan Idhul Adha



Kisah Sunan Kudus Merayakan Idhul Adha
Kurban Kerbau Demi Hormati Umat Hindu
Nama kecil Sunan Kudus  Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Tiap tahun berkurban  kerbau dan bukan sapi. Mengapa? Berikut ini kisahnya.

Sunan Kudus merupakan seorang  Wali yang memiliki wawasan  dan ahli strategi dalam menyebarkan agama Islam. Ia: sangat toleran pada budaya setempat. Sunan Kudus tinggal di Kudus setelah mendapat tanah perdikan dari Sultan Patah bernama Desa Tajug. Pada waktu itu atau sekitar abad ke-15, Tajug merupakan desa dengan sebagian besar penduduknya menganut agama Hindu.
Sunan Kudus mengembangkan Tajug layaknya kota Al- Quds di Filistin. Di zaman khalifah Umar bin Khatthab, Al-Quds jadi kekuatan Islam setelah Mekkah dan Madinah.
Di Tajug, Sunan Kudus memilih menyebarkan agama Islam melalui pendekatan budaya. Dia melakukan syiar Islam tidak dengan jalan pedang, perang, dan paksaan, tetapi menggunakan strategi kebudayaan. Misalnya, untuk menghormati pemeluk agama Hindu, Sunan Kudus melarang pengikutnya menyembelih sapi karena bagi umat Hindu sapi adalah binatang yang disucikan.
Umar mampu mengislamkan kota itu dengan penuh kedamaian tanpa pengusiran dan pembunuhan musuh. Tak ada darah lawan yang ditumpahkan, dan tidak ada gereja atau sinagoga yang dihancurkan. Umar memberikan kebebasan kepada penduduknya untuk memeluk keyakinannya yang lama sehingga mereka hidup berdampingan.
Setelah  pensiun menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak Bintoro melakukan dakwah dilingkungan sekitarnya. Cara berdakwahnya dselama mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Ketika  menjelang  Hari Raya Idhul Adha, Sunan Kudus  sengaja menambatkan seekor kerbau di halaman masjid. . Nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Setelah orang-orang Hindu datang ke halaman masjid, Sunan Kudus mengucapkan salam bahagia dan selamat datang lalu kemudian berceramah, berdakwah, dan saling berdialog.
Sunan Kudus  menjelaskan tentang  tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sehingga umat Hindu merasa  senang. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati.  Apalagi Sunan Kudus  tidak menyembeleh sapi  dalam perayaan  hari kurban tersebut, melainkan menggunakan  kerbau sebagai  hewan kurbannya.
Tidak Sembelih Sapi
Saat itu, Sunan Kudus mengumumkan kepada seluruh warga Kudus untuk tidak menyembelih dan memakan daging sapi. Tujuannya,  adalah untuk menghormati para pemeluk agama Hindu.
Hingga kini anjuran kanjeng sunan itu masih menjejak di Kota Kretek. Salah satu semangat yang dicerap dari ajaran itu adalah sikap saling menghormati antar-sesama penganut agama.Dengan  metode  seperti  itu, akhirnya sebagian besar pemeluk agama Hindu menjadi simpati kepada Sunan Kudus dan  bersedia masuk Islam.
Pelarangan ini adalah simbol penghormatan bagi pemeluk agama Hindu yang pada saat itu masih mayoritas. Padahal sapi tidak diharamkan bagi pemeluk agama Islam. Sampai sekarang, masyarakat Kudus masih memegang teguh tradisi tidak menyembelih sapi, termasuk pada hari raya kurban. Sebagai gantinya, masyarakat Kudus lebih memilih untuk menyembelih kerbau atau kambing. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi. HUSNU MUFID


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat