Kamis, 27 Oktober 2016

Candi Gentong Mojokerto




Digunakan Untuk Upacara Sraddha

Candi Gentong merupakan candi yang cukup menarik bagi sebagain masyarakat. Karena saat diketemukan dulunya banyak gentong-gentong yang berserakan. Berbeda dengan candi-candi lainnya. Seperti apakah ceritanya berikut hasil liputan wartawan posmo. 

Candi Gentong merupakan salah satu bukti besarnya toleransi beragama pada masa itu, terbukti bahwa agama Hindhu dan Budha dapat bersanding dan mendapatkan pengakuan pemerintah. Waktu itu agama resmi Majapahit adalah Siwa Budha.
Candi yang tergolong unik ini, dibangun pada masa pemerintah Prabu Hayam Wuruk untuk upacara Sraddha memperingati Tribuwana Wijaya Tungga Dewi yang tidak lain adalah ibunda Hayam Wuruk. Upacara semacam itu dimaksudkan untuk memohon kesejahteraan pemerintah pada zamannya.
Selain dibangun dengan menggunakan batu bata yang terbuat dari tanah liat, juga karena bentuknya yang tidak jelas. Candi Gentong hanya berupa tumpukan batu bata yang berserakan  di berbagai tempat. Tak ada arca,  relief dan benda-benda kuno lainnya yang bisa dijumpai di tempat itu. Walau begitu, pada setiap harinya Candi gentong banyak dikunjungi oleh wisatawan yang biasanya juga melanjutkan kunjungannya ke Candi Brahu yang hanya berjarak sekitar 10 meter ke arah selatan.
Saat sekarang bentuk bangunan  Candi Gentong berupa kaki candi berdenah bujur sangkar berukuran 23.5 x 23.5 meter. Sedangkan tingginya 2.45 m dengan pintu masuk menghadap ke barat.  Boleh dikatakan  bangunannya mirip potongan Puzzle yang tercerai-berai dan berantakan ditanah.
Begitulah kesan pertama ketika melihat Candi Gentong yang berada di Desa Bejijong Trowulan Mojokerto. Dimana potongan batu bata yang terlepas dari susunannya nampak tercecer di tanah. Hingga tidak berbentuk candi yang sesungguhnya.  
Konon,  pada saat penggalian banyak ditemukan artefak-artefak berupa pecahan keramik dna dari masa dinasti Yuan dan Ming, fragmen tembikar, mata uang cina, emas, stupika (Benda berbentuk Stupa) dan archa budha.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Yuan dan Ming Cina sudah terjalin erat. Orang-orang Cina sudah berhubungan langsung dan saling tukar barang dagangan. Mengingat waktu itu barter  barang dagangan sudah menjadi media untuk memiliki sesuatu barang yang diinginkan.
Candi Gentong ini pernah dilakukan penelitian oleh berbagai pihak. Bertujuan untuk merekontruksikan Kota Kerajaan Majapahit, Maclaine Pont menyebutkan bahwa Candi Gentong merupakan salah satu dari tiga candi yang berderet dengan arah bujur barat ke timur yaitu Candi Gedong, Candi Tengah dan Candi Gentong. Namun kedua candi lain tersebut sekarang sudah tidak ada wujud dan bekasnya lagi.
Dalam tulisan Verbeek pada tahun 1889 Candi Gentong masih terlihat bangunannya. Tetapi  pada tahun 1907 dalam tulisan Knebel, Candi Gentong sudah tidak tampak bentuk dan wujudnya lagi karena hanya  tinggal berupa gundukan. Usaha pelestarian terhadap Candi Gentong telah dilakukan selama 6 tahun mulai Tahun Anggaran 1995 sampai dengan 2000 dan masih terus berjalan pada Tahun Anggaran 2001.
Hasil yang dapat dicapai yaitu menampakkan Struktur Candi Gentong I dan Candi Gentong II serta usaha-usaha pelestariannya. Selain itu pada lembaran informasinya juga ditemukan benda-benda kuno berupa beberapa buah stupika yang saat ini disimpan di Museum Mojopahit Mojokerto.

Mandala Stupa
Berdasarkan konsep tata ruang dan didukung oleh temuan-temuan artefaktual yang bersifat Budhis, menunjukkan  bahwa konsep tata ruang Candi Gentong adalah Mandala stupa, yaitu pembagian ruang yang terdiri dari pusat dikelilingi oleh ruangan-ruangan lain yang lebih kecil. Namun bagi orang awam yang melihat apa yang Tampak dan ada di Candi Gentong ini tentu merasa bingung untuk bisa tahu bagaimana bentuk candi Gentong  yang sebenaranya bila dalam keadaan utuh. Dalam kesederhanaan dan bentuknya yang cukup misterius, Candi Gentong ini mempunyai pesona keindahan tersendiri.
Candi Gentong terletak di Dusun Jambumente Desa Bejijong Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Sekitar 1 Km dari Pusat kota kecamatan arah utara. Hingga saat ini masih dalam proses pemugaran untuk mendapatkan bentuk yang asli. Khususnya masalah  pondasi atau kaki candi. Mengingat bangunannya sudah mengalami keruntuhan yang cukup parah. 
Sebuah papan berisi informasi tentang Candi gentong  terdapat di sekitar candi. Berada di dalam bangunan pendapa itu hanya terdapat tumpukan batu bata yang berserakan di berbagai tempat. Sebagian ada yang sudah tersusun dengan rapi dan ada juga yang berserakan begitu saja. Batu bata itu ada yang lokasinya berada di dalam tanah dan ada juga yang berada di atas tanah. Banyak dari batu bata  itu yang bercampur dengan adonan tanah liat sebagai bahan pembuatnya yang telah mengering.
Untuk memasuki lokasi candi Gentong ini tak ada tiket masuk, hanya memberi uang seikhlasnya saja sebagai pengganti tiket masuk kepada petugas candi yang berada di pos di dekat pintu masuk. Setelah itu pengunjung bisa langsung menuju ke lokasi candi yang berada di bawah naungan dua bangunan berbentuk pendopo yang terbuat dari baja dan atapnya yang menggunakan lembaran seng. Cahya


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat