Ibn Qayyim:
Pencetus
Konsep Ekonomi Syariah
Selain
itu, Ibn Qayyim menganjurkan campur tangan kerajaan dalam pemilikan harta
kekayaan individu. Jika individu berkenaan menggunakan harta kekayaan pada
jalan yang bertentangan dengan faedah masyarakat. Jelas, beberapa aspek dalam
falsafah ekonomi Islam yang diuraikan oleh Ibn Qayyim tersebut, merupakan
antara prinsip dan teras ekonomi Islam yang membebaskannya dengan falsafah
ekonomi konvensional. HUSNU MUFID
Nama Ibn
Qoyyim aslinya adalah Shams al-Din Abu
Abd Allah Muhammad bin Abu Bakr Bin Sa’ad. Lahir pada tanggal 2 Safar 691 H
bersamaan 19 Januari 1292 M di Damsyik. Ia meninggal dunia pada tahun 751 H/1350 M di tempat yang sama. Tokoh ini
dibesarkan pada keluarga yang mementingkan ilmu pengetahuan. Ayahnya merupakan
guru pertama yang mengajarinya. Khususnya tentang ilmu asas Islam dan ilmu
Fara’id (Ilmu Waris).
Ia juga menuntut ilmu berbagai bidang ilmu pada
sejumlah ulama yang terkenal pada zamannya. Ilmu yang dipelajari yakni tafsir
Alquran, ilmu Fiqih, Ushul Hadist, bahasa Arab dan Ilmu Kalam. Berkat ketekunan dan kesungguhannya, ia
terkenal menjadi seorang yang alim dalam bidang tasawuf. Sebagian ulama
memberikan gelar sebagai sufi yang agung. Karena kepribadiannya dan personality
sukar ditandingi orang lain. Menurut
Ibnu Katsir, Ibnu Qoyyim beribadahnya sangat kuat. Apabila salat memanjangkan
rukuk dan sujudnya.
Pada
bidang tasawuf, Ibn Qayyim menulis yang antaranya, kitab-kitab Madarij
al-Salikin, Rawdah, al-Muhibbin wa Nuzhah ai-Mushtaqin, al-Fawa'id li Ibn
Qayyim, 'Uddah al-Sabirin wa Dhakhirah al-Shakirin, Taraq al-Hijratayn wa Bab
al-Sa'adatayn, dan sebagainya.
Ibn
Qayyim dalam penulisannya juga telah menyentuh beberapa perkara berkenaan
dengan falsafah ekonomi Islam. Yaitu konsep manusia Islam (homo Islamicus) dan
manusia bukan ekonomi (non homo economicus), konsep keadilan dan nilai-nilai
etika dalam ekonomi, aktivitas ekonomi, kerjasama dan pembahagian buruh,
pemilikan harta kekayaan oleh individu, dan peranan kerajaan dalam ekonomi.
Dalam
hal ini, Ibn Qayyim menggariskan asas kepercayaan Islam bahwa setiap manusia
bertanggungjawab membimbing diri sendiri ke arah menjadi hamba Allah yang baik
dan Allah SWT merupakan sumber pedoman dan petunjuk.
Dalam
pengajian ekonomi, manusia digambarkan sebagai makhluk yang sifat, gelagat, dan
tindakannya mementingkan diri sendiri, tamak, loba, dan menjadikan keuntungan
sebagai asas penting dalam semua jenis aktivitas ekonomi. Jadi, setiap manusia
bertanggungjawab terhadap perbuatannya dan Allah SWT menjadi pedoman dan
petunjuk ke arah jalan yang betul.
Selain
itu, Ibn Qayyim menekankan bahwa hidup di dunia ini merupakan ujian dan cobaan
dari Allah SWT. Ujian yang dikenakan kepada manusia itu boleh sama. Ada yang
dalam bentuk anugerah harta kekayaan ataupun diberikan kehidupan yang susah.
Anugerah kekayaan kepada seseorang tidak bermaksud Allah SWT sayang kepadanya.
Demikian juga ujian kemiskinan tidak bermaksud Allah SWT benci kepada
seseorang. Harta kekayaan yang dimiliki oleh manusia bukanlah berarti hidup ini
penuh dengan kesenangan.
Sehubungan
dengan itu, Ibn Qayyim menjelaskan nilai-nilai etika yang baik seharusnya
diamalkan oleh orang Islam dalam kegiatan ekonomi mereka. Antara nilai etika
yang baik ialah kepatuhan kepada Allah SWT, ketaatan
kepada
agama, sifat baik, jujur, dan benar. Apabila nilai etika tersebut diamalkan
dalam kehidupan seharian, terutamanya dalam kegiatan ekonomi, akan menjauhkan
nilai-nilai jahat seperti pembohongan, penipuan, dan korupsi.
Selanjutnya,
ia menjelaskan bahwa akibat dari sifat semula. Jadi yang suka berbohong akan
menyebabkan kejayaan tidak tercapai dalam kehidupan.
Apabila
keadaan ini berlaku, kehidupan perekonomian akan cacat termasuk juga
aspek-aspek lain dalam kehidupan. Dalam perkataan lain, pembohongan memberi
dampak yang besar dalam kehidupan orang-orang Islam.
Sebaliknya
nilai-nilai etika yang diamalkan dalam masyarakat akan
menyuburkan
suasana keyakinan dan jaminan keselamatan dalam masyarakat. Pada masa yang
sama, masyarakat akan bekerja sama dalam proses pengeluaran dan kestabilan
ekonomi.
Ibn Qayyim sejak kecil hidup di lingkungan keluarga yang
mementingkan ilmu daripada harta kekayaan. Sejak usia remaja berguru kepada
ayahnya sendiri dan para ulama termasyhur pada zamannya. Kegigihan dan
kesungguhannya dalam belajar menjadikannya terkenal sebagai seorang pencetus
konsep ekonomi syariah. Berikut ini
kisahnya.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat