Kamis, 19 Januari 2017

Klenteng Kim Hin Kiong Gresik



Keberadaan Kelenteng Kim Hin Kiong, Gresik, Jatim

Berdiri Sejak Zaman Majapahit

Kelenteng Kim Hin Kiong Gresik ini merupakan kelenteng yang tertua di Indonesia. Keberadaannya ada sejak zaman Majapahit. Orang-orang Tiongkok perantauan yang mendirikan klenteng tersebut. Berikut ini hasil liputan wartawan posmo. 
Bisa dikatakan, Gresik merupakan sebuah kota dengan wilayah yang cukup kecil. Namun menyimpan banyak bangunan yang bernilai sejarah yang tersebar di kota pudak ini. Bangunan tua dengan nuansa dan artsitektur yang dipengaruhi dengan budaya Islami, Tionghoa dan era kolonial Belanda.
Pesona kawasan kota tua di Gresik memang mengasyikan. Diantara bangunan lama itu terdapat sebuah kelenteng yang ternyata merupakan satu-satunya kelenteng di kota ini. Walau berada di pusat kota, ternyata kelenteng ini cukup tersembunyi karena berada di tengah kawasan perkampungan.
Klenteng yang bernama Kim Hin Kiong ini terletak di Jalan Dr. Setia Budi Gang Klenteng No. 56 Kelurahan Pulo Pancikan, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini cukup tersembunyi di sebuah gang di tengah kawasan perkampungan pecinan, yang sekarang mulai berbaur dengan perkampungan Arab, dan tidak begitu jauh dengan alun-alun Kota Gresik.
Dari kejauhan, tepat di ujung jalan tampak bangunan Kelenteng Kim Hin Kiong yang berwarna merah dan kuning yang sangat mencolok. Di bagian depan kelenteng terdapat gerbang yang cukup kecil dan tidak begitu tinggi.Di bagian atas gerbang itu terdapat tulisan Tempat Ibadat Tri Dharma Gresik Kim Hin Kiong. Sedangkan di samping kanan dan kirinya terdapat hiasan tulisan dalam huruf China.
Di bagian kanan dari pintu gerbang, sebelum memasuki ruang utama, juga terdapat altar pemujaan. Sedangkan di sebelah kiri dari bangunan utama klenteng, terdapat halaman yang diperuntukkan parkir yang dilengkapi dengan sarana untuk menampilkan wayang po te hi.
Ukuran kelenteng itu tak begitu besar dan cukup lengang. Setelah mengucapkan salam dan menunggu beberapa lama, tampak keluar seorang wanita yang merupakan pengurus kelenteng. Tidak banyak informasi yang bisa dia berikan tentang kelenteng tua ini. Selain menjelaskan bahwa kelenteng ini untuk menghormati Thian Sang Seng Boo (Ma Co Poh) yang dikenal sebagai Dewi Kebaikan.
Di ruangan altar utama itu terdapat ornamen dan perlengkapan ibadat umat kelenteng lengkap dengan lilin-lilin yang berukuran besar dan asap dan bau dupa yang khas. Perlu diperhatikan, ada aturan di kelenteng ini, laiknya di beberapa klenteng yang lain. Pengunjung yang datang selain umat Tri Dharma dilarang untuk mengambil gambar alias memotret. Terutama yang langsung ke arah altar utama persembahyangan dimana disana ditempatkan arca Thian Sang Seng Boo.
Kelenteng ini diapit oleh dua bangunan menara berbentuk pagoda yang digunakan sebagai tempat pembakaran dupa, kertas-kertas doa dan sebagainya. Selain itu juga diapit oleh dua patung Ciok Say ( Singa ) yang sedang bermain dengan anaknya. Patung Ciok Say itu cukup indah dengan bentuk dan warnanya yang artistik. Di dekat Ciok Say itu terdapat tempat bagi umat kelenteng untuk menyalakan lilin.
Aneka lampion dan ornamen menghias di bagian atas ruangan. Sedangkan di bagian depan sisi tengahnya terdapat sebuah hiolo yang cukup besar dan berwarna keemasan. Hiolo itu juga dihiasi dengan ornamen kepala naga di sisi depan dan di keempat kakinya, serta ornamen dua ekor naga menempel yang menempel di kiri dan kanan hiolo. Di sebelah kanan dan kiri kelenteng ini juga terdapat ruangan lainnya seperti ruangan serba guna, gudang dan sebagainya.
Tertua di Jawa
Dari beberapa sumber dijelaskan bahwasannya, Kelenteng  yang satu ini merupakan kelenteng tertua di Jawa Timur, yang sudah ada pada zaman Majapahit. Konon, kelenteng ini dibangun oleh orang-orang Tiongkok yang merantau, dan kemudian menetap  di Gresik.
Namun jika pemerintah setempat menjadikan sebagai wisata, maka sudah barang tentu banyak warga yang berkunjung ke kelenteng tersebut, sebagaimana  kelenteng-kelenteng lainnya. Mengingat Gresik sekarang ini penduduknya mayoritas beragama Islam. Cahya
Meski kelenteng ini telah berusia tua, namun bila dibandingkan dengan bangunan cagar budaya lainnya yang ada di Kota Gresik, kelenteng ini masih cukup terawat, Hanya saja, kelenteng ini bisa dibilang amat sangat sepi dari penganut Tri Dharma yang melakukan sembahyang di kelenteng ini.
Para perantau yang akhirnya menetap untuk berdagang itu mendatangkan tukang insinyur langsung dari Guandong, Tiongkok. Kala itu, Kota Gresik merupakan kota pelabuhan tempat merapat bagi kapal-kapal besar seluruh penjuru dunia untuk memperdagangkan barang dari negaranya, seperti kain sutra, karpet, komoditas pertanian dan lain-lain.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat