Selasa, 03 Januari 2017

Sunan Ampel dan Pertapa



Kisah Sunan Ampel dengan Pertapa Muda

Beri Pelajaran Berjalan Diatas Air

Setelah sekian lama menetap di Ampel Denta, Sunan Ampel membangun perkampungan diwilayah yang ditempati. Waktu itu Ampel Denta  pemberian Raja Majapahit berada ditengah-tengah sungai. Tidak seperti sekarang ini menjadi daratan.
Kemudian Sunan Ampel membangun Ampel Denta menjadi sebuah perkampungan yang penuh dengan buah-buahan. Rumah-rumah yang ada ditata dengan baik. begitupula dengan pondok pesantren yang didirikan dibangun dengan arsitektur bangunan yang indah.
Kondisi ini menjadikan banyak masyarakat Majapahit datang untuk mengaji dan dinggal selama beberapa minggu. bahkan ada yang beberapa bulan. Karena merasa nyaman. Hal ini menjadikan Ampel Denta sebagai pemukiman yang indah dan modern waktu itu.
Hal ini mengundang para santri-santri yang berasal dari  Pulau Madura, Maluku, Kalimantan datang untuk belajar mengaji. Mereka merasa nyaman dan tinggal selama satu hingga dua tahun. Suasananya benar-benar membuat santri-santri yang mengaji nyaman dan nyaman.   
Setelah dirasa santri-santrinya dapat ditinggal di Pesantre Ampel Denta Surabaya, maka Sunan Ampel ingn berdakwah keluar rumahnya. Untuk itu ia keluar pesantrennya melewati sungai. Karena memang tempat tinggalnya dikelilingi sungai.
Dalam perjalanan dakwahnya melewati sungai, Sunan Ampel bertemu dengan seorang petapa sakti di pinggir sungai yang bening dan tenang. lagi pula tidak terlalu dalam.  Pertapa itu terlihat berlari dari pinggir ke tengah sungai dengan kekuatan tenaganya mencoba berjalan diatas sungai. 
Pertapa itu langsung menjawab dengan nada marah, “Ada Apa bertanya. Bukankah aku sedang mencoba berjalan diatas air. Karena aku telah berakhir bertapa," ujar  pertapa pertapa muda.
Pertapa itu mendapat perhatian Sunan Ampel saat melintas dipinggir sungai. kemudian bertanya. “Lagi apa pertapa muda dipinggir sungai. Jatuh bangun diatas air  sungai. ,” tanya Sunan Ampel.
Ia mencoba berlari diatas sungai yang tenang dan bening itu. Tapi baru tiga langkah terjatuh ke dalam sungai. Kemudian bangkit lagi mencoba berjalan diatas sungai. Mukanya semakin kusuh dan amarah terlihat dari raut wajahnya. Karena sering gagal berjalan diatas air.
Nasehat  Sunan Ampel rupanya menyentuh hati  sang pertama. Saat itupula ia tersadar dan tidak melanjutkan belajar berjalan diatas air. Ia belajar kepada Sunan Ampel  di Ampel Denta. Label sebagai pertapa sakti ditinggalkan. kemudian menjadi santri yang berilmu tinggi.  HUSNU MUFID
Petapa muda itu menjawab dengan lantang, “Aku sedang belajar berjalan di atas air. Ingin mengikuti petapa-petapa lain yang bisa berjalan diatas air yang tenang bagaikan kaca.”.
Sunan Ampel menyampaikan pertanyaan lagi, “Oh.. Sudah berapa lama engkau aak muda mempelajari ilmu berjalan diatas air?”. “Dua belas tahun.” jawab pertapa muda.
Jawaban pertapa muda itu membuat Sunan Ampel ingin menyadarkan  petapa agar tidak menyia-nyiakan hidupnya hanya belajar  ilmu berjalan diatas air yang mustahil bisa dilakukan dengan sukses.
“Apa kau bilang? Aku  membuang-buang waktu. Lihatlah, aku sudah bisa mencapai setengah lebar sungai selama dua belas tahun. Kini tinggal separonya saja.” jawan petapa muda.
“Jadi, engkau membutuhkan dua belas tahun lagi untuk bisa menyeberangi sungai ini. Sungguh sia-sia apa yang kamu pelajari selama ini,?” sindir Kanjeng Sunan.
“Apa urusanmu mengajari aku? Aku pertapa tidak  butuh nasehatmu. Aku tidak butuh nasehatmu. Enyahlah engkau, wahai Sunan Ampel. Ajari santri-santrimu aja!” ujar pertapa muda.
Melihat kemarahan pertapa muda yang sudah tidak bisa dinasehati lagi, maka  Sunan Ampel pun pergi tanpa pamit “Maaf jika pertanyaanku menggangumu. Aku hanya ingin mengetahui apa yang engkau lakukan.” Ujar Kanjeng Sunan Ampel. Santun.
Nasehat
Kanjeng Sunan Ampel pun pergi. Tak lama kemudian, dari jarak yang tidak terlalu jauh dengan si laki-laki, Kanjeng Sunan Ampel terlihat menyeberangi sungai seraya berdiri, tanpa menyentuh air. Si pertapa tidak percaya melihat pemandangan itu.
Ia bergegas mendekat, lalu berenang ke arah Kanjeng Sunan Ampel yang menyeberangi sungai dengan santainya. “Tuan, ajari aku. Maafkan kesalahanku. Aku ingin bisa melakukan ini sebagaimana engkau lakukan.” pinta si laki-laki.
Setelah mampu menyeberangi sungai tanpa basah sedikit pun, Kanjeng Sunan memberitahukan kepada si laki-laki agar menggunakan akalnya dengan baik, agar memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala dalam rangka ibadah kepada-Nya.
Melalui kisah ini, Kanjeng Sunan Ampel hendak memberitahukan kepada kaum Muslimin bahwa dakwah adalah seni menghadirkan solusi. Ia tidak cukup dengan menyalahkan lalu berpangku tangan. Dakwah adalah memberi tahu, kemudian menghadirkan solusi atas persoalan yang dihadapi umat. Bukan mencaci tanpa kontribusi.
Sunan Ampel pun menjawab dengan santai, meskipun pertapa muda itu  mengatakan dengan suara yang  keras. “Mohn maaf   pertanyaanku yang membuatmu marah. Aku hanya ingin mengetahui apa yang sedang engkau lakukan.” ujar Sunan Ampel. dengan tersenyum.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat