Kisah Sunan Ampel dengan Pertapa Muda
Beri Pelajaran
Berjalan Diatas Air
Setelah sekian lama menetap di Ampel Denta, Sunan Ampel
membangun perkampungan diwilayah yang ditempati. Waktu itu Ampel Denta pemberian Raja Majapahit berada
ditengah-tengah sungai. Tidak seperti sekarang ini menjadi daratan.
Kemudian Sunan Ampel membangun Ampel Denta menjadi sebuah
perkampungan yang penuh dengan buah-buahan. Rumah-rumah yang ada ditata dengan
baik. begitupula dengan pondok pesantren yang didirikan dibangun dengan
arsitektur bangunan yang indah.
Kondisi ini menjadikan banyak masyarakat Majapahit datang
untuk mengaji dan dinggal selama beberapa minggu. bahkan ada yang beberapa
bulan. Karena merasa nyaman. Hal ini menjadikan Ampel Denta sebagai pemukiman
yang indah dan modern waktu itu.
Hal ini mengundang para santri-santri yang berasal dari Pulau Madura, Maluku, Kalimantan datang untuk
belajar mengaji. Mereka merasa nyaman dan tinggal selama satu hingga dua tahun.
Suasananya benar-benar membuat santri-santri yang mengaji nyaman dan nyaman.
Setelah dirasa santri-santrinya dapat ditinggal di
Pesantre Ampel Denta Surabaya, maka Sunan Ampel ingn berdakwah keluar rumahnya.
Untuk itu ia keluar pesantrennya melewati sungai. Karena memang tempat
tinggalnya dikelilingi sungai.
Dalam perjalanan dakwahnya melewati sungai, Sunan Ampel
bertemu dengan seorang petapa sakti di pinggir sungai yang bening dan tenang.
lagi pula tidak terlalu dalam. Pertapa
itu terlihat berlari dari pinggir ke tengah sungai dengan kekuatan tenaganya
mencoba berjalan diatas sungai.
Pertapa itu langsung menjawab dengan nada marah, “Ada Apa
bertanya. Bukankah aku sedang mencoba berjalan diatas air. Karena aku telah
berakhir bertapa," ujar pertapa
pertapa muda.
Pertapa itu mendapat perhatian Sunan Ampel saat melintas
dipinggir sungai. kemudian bertanya. “Lagi apa pertapa muda dipinggir sungai.
Jatuh bangun diatas air sungai. ,” tanya
Sunan Ampel.
Ia mencoba berlari diatas sungai yang tenang dan bening
itu. Tapi baru tiga langkah terjatuh ke dalam sungai. Kemudian bangkit lagi
mencoba berjalan diatas sungai. Mukanya semakin kusuh dan amarah terlihat dari
raut wajahnya. Karena sering gagal berjalan diatas air.
Nasehat Sunan
Ampel rupanya menyentuh hati sang
pertama. Saat itupula ia tersadar dan tidak melanjutkan belajar berjalan diatas
air. Ia belajar kepada Sunan Ampel di
Ampel Denta. Label sebagai pertapa sakti ditinggalkan. kemudian menjadi santri
yang berilmu tinggi. HUSNU MUFID
Petapa muda itu menjawab dengan lantang, “Aku sedang
belajar berjalan di atas air. Ingin mengikuti petapa-petapa lain yang bisa
berjalan diatas air yang tenang bagaikan kaca.”.
Sunan Ampel menyampaikan pertanyaan lagi, “Oh.. Sudah
berapa lama engkau aak muda mempelajari ilmu berjalan diatas air?”. “Dua belas
tahun.” jawab pertapa muda.
Jawaban pertapa muda itu membuat Sunan Ampel ingin
menyadarkan petapa agar tidak
menyia-nyiakan hidupnya hanya belajar
ilmu berjalan diatas air yang mustahil bisa dilakukan dengan sukses.
“Apa kau bilang? Aku
membuang-buang waktu. Lihatlah, aku sudah bisa mencapai setengah lebar
sungai selama dua belas tahun. Kini tinggal separonya saja.” jawan petapa muda.
“Jadi, engkau membutuhkan dua belas tahun lagi untuk bisa
menyeberangi sungai ini. Sungguh sia-sia apa yang kamu pelajari selama ini,?”
sindir Kanjeng Sunan.
“Apa urusanmu mengajari aku? Aku pertapa tidak butuh nasehatmu. Aku tidak butuh nasehatmu.
Enyahlah engkau, wahai Sunan Ampel. Ajari santri-santrimu aja!” ujar pertapa
muda.
Melihat kemarahan pertapa muda yang sudah tidak bisa
dinasehati lagi, maka Sunan Ampel pun
pergi tanpa pamit “Maaf jika pertanyaanku menggangumu. Aku hanya ingin
mengetahui apa yang engkau lakukan.” Ujar Kanjeng Sunan Ampel. Santun.
Nasehat
Kanjeng Sunan Ampel pun pergi. Tak lama kemudian, dari
jarak yang tidak terlalu jauh dengan si laki-laki, Kanjeng Sunan Ampel terlihat
menyeberangi sungai seraya berdiri, tanpa menyentuh air. Si pertapa tidak
percaya melihat pemandangan itu.
Ia bergegas mendekat, lalu berenang ke arah Kanjeng Sunan
Ampel yang menyeberangi sungai dengan santainya. “Tuan, ajari aku. Maafkan
kesalahanku. Aku ingin bisa melakukan ini sebagaimana engkau lakukan.” pinta si
laki-laki.
Setelah mampu menyeberangi sungai tanpa basah sedikit
pun, Kanjeng Sunan memberitahukan kepada si laki-laki agar menggunakan akalnya
dengan baik, agar memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala dalam
rangka ibadah kepada-Nya.
Melalui kisah ini, Kanjeng Sunan Ampel hendak
memberitahukan kepada kaum Muslimin bahwa dakwah adalah seni menghadirkan
solusi. Ia tidak cukup dengan menyalahkan lalu berpangku tangan. Dakwah adalah
memberi tahu, kemudian menghadirkan solusi atas persoalan yang dihadapi umat.
Bukan mencaci tanpa kontribusi.
Sunan Ampel pun menjawab dengan santai, meskipun pertapa
muda itu mengatakan dengan suara
yang keras. “Mohn maaf pertanyaanku yang membuatmu marah. Aku hanya
ingin mengetahui apa yang sedang engkau lakukan.” ujar Sunan Ampel. dengan
tersenyum.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat