Senin, 13 November 2017

Kisah Sunan Kalijogo dan Wayang Kulit

Kisah Sunan Kalijaga Membuah Wayang Kulit 

Wayang Kulit Kalahkan Wayang Golek

Ketika  masa jayanya kerajaan  Demak Bintoro hiburan Wayang Kulit menjadi tontonan yang paling digemari masyarakat. Sehingga  Sunan Kalijaga menjadikan sarana  untuk berdakwah Bagaimana kisahnya. berikut ini. 

Wayang merupakan seni pertunjukkan rakyat yang mengambil cerita dari epos besar Ramayana dan Mahabarata dalam ajaran Hindu pada zaman kerajaan Majapahit sangat digemari masyarakat. Karena  merupakan satu-satunya dan paling faforit. Bentuknya  bulat seperti  gambaran manusia biasa yang bisa dalam wujud wayang golek. dimainkan dengan tangan dipanggung.
Melihat hal itu, maka Walisongo memiliki penilaian dan strategi lainj untuk memanfaatkan pertunjukan wayang golek yang banyak diminati masyarakat  waktu itu.
Salah satu Walisongo yang memperhatikan Wayang Golek itu adalah Sunan Kalijaga putra Adipati Wilatikta dari Tuban. Tapi ideyang cukup cemerlang itu mendapat tentangan dari Sunan Ampel dan Sunan Giri. Karena pertunjukan Wayang Golek itu  seperti memainkan patung dan dalam ajaran Islam dilareang. 
Mendengar pendapat Sunan Ampel dan Sunan Giri yang kurang menyetujui  media Wayang Golek digunakan sarana untuk berdakwah, maka Sunan Kalijaga mengubah pikirannya dengan mengubah Wayang Golek  dalam bentuk  Wayang Kulit.
Ide itu  kemudian diwujudkan dengan memodifikasinya sedemikian rupa secara kreatif menjadi media dakwah Islami. Dimana wayang tersebut dibuat dengan kulit kambing.
Hal tersebut, untuk menyiasati gambar atau patung manusia yang terlarang dalam Islam. Bentuk wayang kemudian secara bertahan diubah menjadi hanya bentuk bayangan (wayang) dari manusia. Dengan deformasi itu tidak berarti wayang di era Kerajaan Islam merusak wayang yang tumbuh dan berkembang di masa Kerajaan Majapahit.
Tapi memberikan sofistikasi dan memberikan nilai estetika yang lebih dari sebelumnya. Rupanya estetika itu mendapat sambutan yang baik dari Sunan Ampel dan Sunan Giri. Hingga akhirnya bisa ditampilkan sebagai media dakwah Islam di wilayah kerajaan Demak Bintoro.
Usai melakukan modifikasi dalam bentuk fisik. kemudian Sunan Kalijaga melakukan perubahan  alur cerita atau materi yang ada. Diantaranya adalah   dengan mengembangkan cerita kepercayaan politeis (banyak Tuhan) menjadi monoteis (tauhid). Waktu itu di era Kerajaan Demak, kisah para Dewa dimodifikasi menjadi sederajat dengan para Nabi atau malaikat. Jadi perspektifnya monoteis bukan lagi politeis.
Strategi tersebut rupanya mendapat dukungan  para Walisongo dan umat islam waktu itu. Untuk pentas yang pertama kali adalah di halaman masjid Demak Bintoro. Sunan Kalijaga memerintahkan bagi masyarakat yang ingin melihat Pagelaran Wayang Kulit terlebih dahulu melakukan wudhu.
Permintaan itupun disetujui masyarakat. karena memang  ingin melihat pertunjukan Wayang Kulit karya Sunan Kalijaga.  Hingga akhirnya  pertunjukan Wayang Kulit itu digelar dimana-mana. Setiap digelar,  penontonnya selalu banyak. Juga yang masuk Islam pun semakin banyak.  Karena cukup membaca syahadat.
Waktu itu memang sangat fenomenal. karena Pagelaran Wayang Golek yang  merupakan  budaya  darai kerajaan Majapahit kalah pamor dan penontonnya sedikit. Apalagi Sunan Kalijaga mampu memainkan  dengan suara yang cukup bagus saat mendalang.
Pagelaran  Wayang Kulit [un  berlanjut dimainkan  para santri-santri Sunan Kalijaga diberbagai daerah. Hingga akhirnya menjadi hiburan yang  sangat disenangi masyarakat.
Masyarakat pun terlena dengan kisah-kisah yang ditampilkan. Syarat dengan ajaran-ajaran Islam. Culup banyak warga setelah menyaksikan pagelaran Wayang Kulit  sepulangnya  menyatakan diri sebagai seorang muslim.

Tidak Dipungut Biaya
Rupanya Wayang Kulit mampu menjadikan orang-orang yang semula hanya menyembah batu, pohon besar dan tidak mengenal Tuhan menyatakan diri masuk  Islam. Karena itulah, wayang mengandung makna lebih jauh dan mendalam, karena mengungkapkan gambaran hidup semesta. Wayang dapat memberikan gambaran lakon kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya. Dalam dunia pewayangan tersimpan nilai-nilai pandangan hidup Jawa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup.
Waktu itu  pagelaran Wayang Kulit tidak dipungut biaya. demikianpula yang mengundang puntidak ditarik uang Pagelarang Wayang Kulit. Karena sudah menjadi tanggungjawab Sunan Kalijaga dan santri-santrinya.  Wayang kemudian menjadi konsumsi umum sebagai sarana hiburan dan pelaksanaan ritual tradisi di masyarakat  santri waktu itu.
 Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo yang namanya paling tenar di kalangan masyarakat, karena beliau sangat pandai bergaul di segala lapisan masyarakat dan toleransinya yang sangat tinggi. Sunan Kalijaga sangat berjasa bagi perkembangan agama Islam dan perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia, terutama kebudayaan wayang. Sejarah perkembangan wayang tidak lepas dari peranan Sunan Kalijaga. Wayang di dalam masyarakat Jawa sebelum agama Islam berkembang telah menjadi sebagian dari hidupnya, dan di dalam dakwah, Sunan Kalijaga menjadikan wayang ini sebagai alat atau media demi suksesnya dakwah Islam..HUSNU MUFID.



0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat