Senin, 13 November 2017

Sunan NYamlungan Jepara

Kisah Sunan Nyamplungan Menginjakkan Kaki di Pulau  Karimunjawa

Raja Ular Menolak Kedatangannya


Raden Amir Hasan merupakan putra dari Sunan Muria. Mendapat tugas untuk tinggal di Pulau Karimunjawa. Bagaimanakah kisahnya ketika berada di sana. Berikut ini.
Nama  asli Sunan Nyamplung adalah  Raden Amir Hasan. Putra Sunan Muria dari istri Dewi Sujinah. Merupakan anak kesayangan ketika masih  kecil hingga remaja. Menginjak usia remaja  dititipkan kepada pamannya, Sunan Kudus yang merupakan pamannya sendiri.  Harapan nanti akan menjadi  seorang  pemuda yang memiliki ilmu agama  yang tinggi dan pandai  ilmu silat.  Harapan tersebut  menjadi kenyataan. Karena di kemudian hari  menjadi sosok pemuda yang sangat taat dalam menjalankan ibadah dan menjadi pendekar pilih tanding.
Melihat perkembangan putranya, maka Sunan Muria yang sangat bangga. Kemudian memerintahkannya untuk merantau guna menyebarkan agama Islam di sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Pulau Karimunjawa.
Sunan Muria melihat  sebuah pulau dari Gunung Muria. Dimana pulau tersebut  kadang muncul  dipermukaan laut dan kadang tenggelam. Hal tersebut yang membuat tertarik  dan menyuruh putranya untuk datang ke  pulau tersebut.
Sunan Nyamplungan  tidak menolak atas perintah ayahnya untuk mendatangi Pulau Karimunjawa. Kemudian beserta  dua pengawalnya  berangkat menuju pulau tersebut dengan  menunggang kuda. mengingat jarak yang ditempuh cukup jauh.
Keberangkatannya diberi sangu bahan makanan, uang, mustoko untuk atap masjid,  dan senjata. Tidak lupa pula dengan  dua buah biji Nyamplung agar nantinya ditanam di pulau tersebut. Mustaka Masjid sampai saat ini masih berada di kompleks pemakaman Sunan Nyamplung.
Kepergian Amir Hasan ke pulau Karimunjawa  tidak  sepengetahuan ibunya. Istilahnya tidak pamit. Karena khawatir tidak diperbolehkan.  Mengetahui anaknya tidak berada di rumah, Sang Ibu terkejut dan segera bergegas menyusulnya ke pantai. Maksudnya hanya ingin memberi tambahan bekal. Sesuai kesukaan anaknya, Nyai Sunan Muria membawakan pecel lele dan siput yang telah dimasak.
Namun, ketika ia sampai di pantai, sang anak telah berangkat bersama dua pengiringnya. Dengan rasa kecewa akhirnya bungkusan pecel lele dan bungkusan siput dibuang ke laut. Hingga akhirnya pulang ke rumah.
Ketika Amir Hasan sampai di daratan Karimunjawa, ia mulai mencari tempat yang cocok untuk menyebarluaskan agama Islam. Tiba-tiba seekor raja ular menghadangnya. Ular itu bertubuh pendek, berwarna hitam dan sangat berbisa. Ular itu berusaha menggigit Amir Hamzah tetapi tidak mempan. Namun Amir Hamzah sangat marah dan mengutuk ular tersebut menjadi buta. Sampai sekarang jenis ular yang dikenal dengan nama 'Ular Edor' ini, matanya buta dan umumnya tidak mampu untuk bergerak di siang hari.
Konon, kayu yang digunakan Amir Hamzah mengutuk Ular Edor itu ialah Kayu Setigi. Maka tak heran jika Kayu Setigi ini kemudian dipercaya masyarakat Karimunjawa dapat menyerap bisa dari semua binatang, termasuk ular.
Pulau yang terlihat kremun-kremun dari daratan Jawa itu akhirnya menjadi tempat tinggal Amir Hasan dan pohon Nyamplung yang ditanamnya tumbuh subur berkembang biak hingga mengitari pulau. Sampai sekarang masyarakat menyebut Amir Hasan sebagai "Sunan Nyamplungan".Hingga akhir hayatnya  Amis Hasan meninggal dunia di Pulau Karimunjawa.

Makamnya Diatas Bukit
Makam Sunan Nyamplungan terletak di Puncak Gunung Karimunjawa sebelah utara. Di pintu gerbang pemakaman itu terdapat dua buah pohon besar, Masyarakat setempat menyebutnya sebagai "Kayu Dewa".
Menurut kepercayaan masyarakat di sana sampai sekarang, kayu Dewadaru ini mempunyai khasiat dan bahkan dikeramatkan. Konon, barang siapa menyimpan kayu tersebut di rumah, akan terhindar dari niat orang mencuri dan orang bermaksud jahat lainnya.
Berat jenis Kayu Dewadaru dan Kayu Segiti lebih besar dari air, sehingga jika diletakkan di air kayu tersebut akan tenggelam. Sedangkan Kayu Kalimosodo, konon dapat digunakan untuk menghalau lelembut atau roh-roh jahat yang mengganggu manusia. Biasanya, kayu ini diisi mantra-mantra oleh "orang-orang pintar" di sana sesuai keinginan pemilik kayu. HUSNU MUFID


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat