Rabu, 08 Agustus 2012

Masjid Menara Layur Semarang



Masjid Menara Layur Semarang
LAZIMNYA, masjid di Kota Semarang memiliki pintu masuk utama melalui jalan darat. Namun Masjid Menara yang terletak di Jalan Layur ini, meski memiliki akses masuk dari jalan darat, namun pintu masuk utamanya justru berada di Kali Semarang.
Masjid Menara terletak di Kampung Melayu, di sisi barat Kali Semarang. Berdirinya salah satu masjid tua di Semarang yang masih kokoh berdiri ini, tak lepas dari peran Kali Semarang yang kala itu menjadi transportasi utama perdagangan.
Menurut Ali Mahsun, pengurus masjid, dulu Kampung Melayu merupakan tempat hunian sebagian besar suku melayu di Semarang pada 1743. Pada masa itu kampung ini merupakan tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan.
Lokasinya yang sangat strategis mengundang suku lain seperti keturunan Arab untuk bermukim di kampung tersebut. "Masjid ini memiliki nilai historis yakni berperan dalam penyebaran agama Islam di Semarang," katanya.
Berpengaruhnya orang Arab di situ diperkuat oleh catatan Liem (1930) yang menyebutkan, bahwa usaha pendirian klenteng oleh masyarakat Cina yang tidak begitu banyak jumlahnya di kampung tersebut, ditentang habis-habisan oleh penduduk keturunan Arab pada 1900. Penambahan menara pada bagian depan masjid menyebabkan masjid juga terkenal dengan nama Masjid Menara.
Karena itulah, hirarki tata ruang Masjid Menara disesuaikan dengan transportasi Kali Semarang. Bagian depan masjid justru menghadap sungai. Lantai dasar dipergunakan sebagai tempat wudlu dan sirkulasi masuk dari arah sungai. Maka dari itu Masjid Menara didesain seperti panggung.Masjid ini dikelilingi tembok tinggi dengan menara khas Timur Tengah yang terletak di depan. Bangunan utama bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga, dilengkapi ornamen jendela dan pintu yang khas. Lantai bangunan dibuat seperti rumah gadang dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Pondasi bangunan terbuat dari batu, memikul struktur kerangka kayu. Bila dilihat dari arsitekturnya, masjid ini merupakan campuran dari tiga budaya yaitu Jawa, Melayu, dan Arab.
Salah satu bagian paling menarik dari masjid ini ialah menaranya yang menjulang tinggi. Menurut pemerhati sejarah Kota Semarang Jongkie Tio, menara itu merupakan mercusuar tempat memantau lalu lintas kapal yang akan memasuki Kali Semarang.
"Fungsi mercusuar itu mirip dengan bangunan "uit kyk post" di pinggir jembatan Kali Berok yang juga digunakan untuk mengawasi lalu lintas kapal," katanya.
Diperkirakan hal itu berlangsung sekitar abad ke-18. Namun di akhir abad ke-18, menara itu tidalagi difungsikan sebagai mercusuar. Kemungkinan disebabkan banyak warga pendatang yang mulai bermukim di wilayah tersebut, sehingga kawasan semakin padat. Setelah mercusuar tidak berfungsi lagi, bangunan ini kemudian dialihfungsikan menjadi masjid oleh para saudagar Arab yang berasal dari Yaman.Sayangnya, saat ini bentuk panggung masjid sudah tidak bisa dilihat lagi. Masjid tersebut telah ditinggikan beberapa kali, karena pengaruh usia dan terjangan banjir air rob sehingga banyak kayu yang sudah keropos. Selain lantai bawah diurug setinggi 2,65 meter, lantai kayu tempat ruang utama salat diganti dengan dak beton dan lantai keramik, satu saka atau tiang penyangga utama dari empat saka yang ada juga diganti dengan kayu jati baru. Meski begitu, bentuk dan struktur bangunan dan menara masjid tersebut tetap asli.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat