Selasa, 14 Agustus 2012

Situs Syekh Siti Jenar

Situs- Situs Syekh Siti Jenar Makam Syekh Siti Jenar di Balong, Jepara Keberadaan makam Syekh Siti Jenar di Dusun Gecak, Desa Balong, Kec. Kembang, Kab. Jepara menempati areal seluas 1 hektare. Tetapi di dinding pagar makam tertuliskan nama Pangeran Abdu Jalil, Wali Jepara. Berikut ini informasinya. Lokasi makam Syekh Siti Jenar berada di tengah persawahan dan hutan karet milik PTP Nusantara. Tidak Jauh dari makam tersebut terdapat tanah yang oleh masyarakat disebut Mabang atau lemah abang. Dulunya, Mabang sebagai perkampungan masyarakat yang mengikuti ajaran Syekh Siti Jenar dan Padepokan Lemah Abang sebagai tempat pendidikan santri-santri. Situs-situs peninggalannya masih dapat dilihat di sini seperti Sumur Wewadian dan punuk sapi, tempat pertapaan atau uzlah Syekh Siti Jenar yang menjorok ke laut utara. Di sekitar makam Syekh Siti Jenar masih banyak pohon besar yang usianya ratusan tahun. Bila memasuki areal makam peziarah merasakan suasana pada zaman dulu. Nuansanya masih asli dan tidak banyak perubahan dari dulu hingga sekarang. Keberadaan makam dikelilingi oleh tembok batako tanpa atap genteng. Di sampingnya terdapat tempat kemenyan. Ruangannya hanya bisa diisi oleh peziarah sebanyak sepuluh orang. Untuk menuju ke makam agak sulit. Jalan yang dilalui melewati jalan setapak keluar masuk perkebunan. Jalannya belum beraspal. Bagi peziarah yang menikmati keindahan alam dan lelaku rasanya memang nikmat. Tetapi bagi orang yang hanya sekadar berziarah, maka sudah barang tentu merasa kecapekan. Makam Syekh Siti Jenar yang berada di Desa Balong diakui sebagai makam yang sesungguhnya oleh dua juru kunci Mulyadi dan Jusdi, bila dibandingkan dengan makam-makam di tempat lainnya. Menurutnya, setelah Syekh Siti Jenar dieksekusi oleh Wali Songo kemudian mayatnya dibawa dan dikubur di sini, di tempat tinggalnya semula. Istilahnya dikembalikan di mana asal beliau berada. Sedangkan yang menguri-uri atau merawat makamnya adalah muridnya sendiri yang berama Maeso Jenar. Dulu bentuk makam Syekh Siti Jenar adalah kijingan seperti aslinya. Tetapi setelah anak-anak mahasiswa yang ber-KKN dari Universitas Muria Kudus, Jateng merehabnya, maka kuburannya mengalami perubahan cukup drastis. Yaitu makamnya ditinggikan dan badan makamnya dikeramik. Sehingga tampak bukan makam lama, melainkan makam baru. Hal ini karena mereka tidak mengerti tentang keautentikan bukti-bukti sejarah. Kondisi makam Syekh Siti Jenar tidak memakai cungkup dan dipagar dengan batako setinggi dua meter lebih. Luas pagar mencapai 3x2 meter. Badan makam tidak sama dengan makam Wali Songo yang terbuat dari batu granit, melainkan terbuat dari keramik buatan zaman sekarang. Di masa Pak Harto lengser dari jabatan Presiden Republik Indonesia banyak masyarakat datang untuk berziarah dan menyepi. Sehingga pada hari-hari biasa tampak sepi berubah menjadi ramai dengan datangnya masyarakat dari berbagai daerah. Kini setelah memasuki pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono kondisi makam Syekh Siti Jenar sepi kembali. Hanya didatangi orang-orang ngalab berkah. Jika terkabulkan mereka menyembelih kambing di lokasi makam yang kemudian dimakan bersama sebagai selamatan. HUSNU MUFID Makam Syekh Siti Jenar di Kemlaten Cirebon Selain di Jawa Timur dan Jawa Tengah, makam Syekh Siti Jenar juga ada di Cirebon, Jawa Barat. Makamnya berada di tengah-tengah makam umum Islam Kemlaten yang letaknya berada di dalam kota. Berikut ini informasinya. Dulu, ratusan tahun silam, makam Syekh Siti Jenar hanya sendirian. Kini berada di tengah-tengah makam umum di Kampung Kemlaten. Masyarakat dari berbagai daerah masih saja datang untuk berziarah pada bulan-bulan tertentu. Mereka meyakini kalau makam Syekh Siti Jenar masih berada di situ dan tidak pernah dipindah oleh siapa pun. Bentuk bangunannya cukup sederhana dengan luas 5x5 meter bercungkup. Posisi makamnya berada di tengah-tengah diapit oleh dua muridnya, Pangeran Jagabayan di sebelah kanan dan Pangeran Kejaksan di sebelah kiri. Masyarakat menyebut keberadaan makam Syekh Siti Jenar adalah Astana Kemlaten. Adapun keberadaan makam tersebut, pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar masih kuat. Tiap tahun selalu dihauli dengan diikuti ribuan masyarakat dari berbagai daerah. Biasanya setelah Hari Raya Idul Fitri. Mereka berasal dari Cirebon, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, dan Sumatra. Mereka meyakini makam Syekh Siti Jenar di Kemlaten. Dalam riwayatnya diterangkan bahwa beberapa hari setelah dikuburkan para wali ingin membuktikan keberadaan jenazahnya. Apakah seperti manusia biasa yang membusuk setelah dikubur atau manusia yang mulia di sisi Allah karena selama ini mengaku dirinya sebagai Tuhan. Setelah kuburan itu dibongkar hingga kedalaman satu meter setengah tak terlihat jenazahnya. Kemudian diteruskan penggaliannya hingga mencapai 2 meter, tetapi jenazahnya tidak ada. Yang ditemukan adalah dua kuntum bunga melati yang bau harum. Para wali yang mencium bau wangi itu menyebutkan bau melati. Lidah masyarakat Cirebon menyebut dengan nama Kemlaten. Maka sejak saat itulah makam Syekh Siti Jenar mendapat sebutan Astana Kemlaten. Setelah Syekh Siti Jenar dimakamkan di Kemlaten, banyak pengikutnya yang datang dari berbagai daerah. Seperti dari Sunda Kelapa, Banten, Sumatra, Semenanjung Malaka, Periangan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur untuk berziarah. Melihat hal demikian, Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah merasa kurang senang. Karena khawatir kalau menjadi sesembahan dan ajarannya terus berkembang. Maka jenazah Syekh Siti Jenar diam-diam dipindahkan ke Bukit Giri Amparan Jati dekat dengan lokasi Makam Syekh Datuk Kahfi. Namun demikian, hingga kini masih saja masyarakat melakukan ziarah ke makam Kemlaten yang lokasinya tidak jauh dari terminal Cirebon. Hanya jumlahnya tidak begitu banyak. HUSNU MUFID Makam Syekh Siti Jenar di Mantingan, Jepara Salah satu makam Syekh Siti Jenar di Jawa Tengah adalah di Jepara. Makam ini berada dekat makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Hanya orang-orang tertentu yang datang untuk memanjatkan doa. Berikut ini informasinya Di belakang Masjid Sultan Hadirin Mantingan, Jepara terdapat sebuah makam yang berbalutkan kain warna hijau. Makan ini terletak di pojok utara dan menyendiri. Pengurus makam dan masjid memberi nama P. Abdul Jalil atau Sunan Jepara, sebagaimana tercantum dalam papan nama warna hijau yang menuju makam tersebut. Masyarakat sekitar dan sebagian pengurus makam menyebutkan bahwa makam tersebut adalah makam Syekh Siti Jenar. Tetapi bukan keturunan dari kerajaan Majapahit yang dihukum mati oleh para wali di Demak, melainkan dari Cirebon, putra dari Syekh Abdul Kadir dan Siti Sarah. Menurut H. Ali Syafi’i, juru kunci makam, Syekh Siti Jenar sebelum datang ke Mantingan terlebih dahulu mondok di pesantren yang diasuh Sunan Ampel Surabaya. Kemudian mau dikawinkan dengan putri sunan, tetapi tidak mau karena belum bisa membagi cintanya kepada Allah. Kemudian meninggalkan pesantren menuju Tuban, Jawa Timur untuk menetap beberapa tahun. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Desa Balong, Kec. Kembang, Kab. Jepara untuk membangun sebuah Padepokan Lemah Abang. Setelah itu pindah ke Mantingan untuk menyebarkan agama. Salah satu santrinya adalah Kaki Jumino dan istrinya. Hingga akhir hayatnya dikubur di atas sebuah bukit dan persisnya di belakang Masjid Sultan Hadiri. Makam Syekh Siti Jenar panjangnya mencapai hampir 2 meter. Tanpa bercungkup. Dikelilingi tembok yang terbuat dari batako. Dulu pernah ada yang mencoba mau memberikan cungkup, tetapi dilarang pengurus Masjid Sultan Hadirin karena khawatir akan digunakan untuk hal-hal yang negatif oleh peziarah. Mengingat peziarahnya kebanyakan para dukun dan orang-orang bertato. Jika sudah tiba waktu salat para peziarahnya tidak segera melakukan salat. Oleh karena itu, hingga kini makamnya tetap terbuka tanpa cungkup. Untuk menghindari kerusakan akibat kena hujan maupun panas, maka makam Syekh Siti Jenar diberi lapisan keramik warna hijau dan kondisi kuburan yang awalnya agak masuk ke dalam tanah kini ditinggikan agar tidak tergenang air pada waktu musim hujan. Perkembangan terkini para peziarahnya tidak terlalu banyak. Lebih banyak yang berziarah di makam Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat. Orang-orang yang berziarah ke makam Syekh Siti Jenar dalam bentuk satu rombongan kecil sebanyak lima sampai sepuluh orang. Mereka itu satu keluarga dan sekelompok orang-orang yang sedang menjalankan pertobatan. HUSNU MUFID Makam Syekh Siti Jenar di Gedongombo, Tuban Makam Syekh Siti Jenar di Jawa Timur berada di Dukuh Dondong, Desa Gedongombo, Kec. Semanding, Kab. Tuban. Sebuah desa yang usianya cukup tua. Nuansa masa lalu masih tampak. Berikut ini informasinya. Lokasi makam Syekh Siti Jenar berada di pemakaman umum dengan lokasi di sebelah pojok tanah pekuburan. Dekat dengan Masjid Baitul Muttaqin. Dulu hanya beratapkan kayu. Kemudian dalam perkembangannya diberi cungkup dan dipagari gedung. Bila dilihat dari jauh mirip sebuah musala. Pagi hingga malam hari suasana makam tampak asri dan sunyi. Makam Syekh Siti Jenar ini tidak sendirian seperti di tempat lain, tetapi di samping kanan kirinya terdapat makam. Penduduk sekitar ada yang menyatakan makam istri, keluarga, dan para pengikutnya. Bentuk makamnya berwarna hijau dan nisannya dibalut kain putih. Bangunan cungkupnya dicat merah. Masyarakat sekitar selain menyebut nama Syekh Siti Jenar dan Syekh Lemah Abang, juga menyebut makam Mbah Buyut Gedong Sumur Tengah. Bahkan ada yang menyebut Pangeran Gedong. Nama Gedong diartikan bahwa seorang pangeran yang memiliki ilmu tinggi sebesar rumah gedong. Karena waktu itu rumah gedong merupakan rumah yang besar dan bagus. Keberadaan makam Syekh Siti Jenar diketahui oleh masyarakat memang sejak dulu sudah ada, baik mulai dari mbah buyutnya dulu atau sejak usia kecil makam tersebut8sudah ada. Hanya mereka tidak tahu sejarah perjalanannya dan siapa sebenarnya serta dari mana asal Syekh Siti Jenar. Para sesepuh di sekitar makam seperti Kiai Kasdam yang usianya mencapai 100 tahun dan Pak Yayak juru kunci serta mantan Lurah Gedongombo Saman yang pernah membangun makam Syekh Siti Jenar mengaku tidak tahu. Mereka hanya mengetahui makam tersebut sejak dulu dari kakek-kakeknya tanpa mengetahui sejarahnya. Tiap hari makam Syekh Siti Jenar kelihatan sepi. Satu dan dua orang yang datang. Hanya pada saat sedekah bumi pada bulan Juli, yaitu usai panen padi masyarakat berziarah dan makan bersama. Warga sekitar memang hanya melakukan sedekah bumi dan tidak mengadakan haul sejak dulu. Karena belum mengetahui sejarahnya secara pasti dari kakek buyutnya dulu. Meskipun demikian, warga sekitar menganggap sebagai makam dan bukan petilasan. Untuk pengaruh ajaran Syekh Siti Jenar terhadap masyarakat sekitar tidak ada. Masyarakat menjalankan ajaran Islam sesuai yang dianut kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini bisa dilihat dari praktik warga setempat di masjid sebelah makam Syekh Siti Jenar tidak ada yang menyimpang. Mereka menganut ajaran ahlussunnah waljama’ah. Untuk menuju makamnya cukup mudah. Karena di pinggir jalan terdapat papan pengumuman bertuliskan makam Syekh Siti Jenar dengan jarak 150 m. Warna tulisan catnya warna merah. Peziarahnya tidak terlalu banyak, hanya orang-orang tertentu. Boleh dibilang sedikit jumlahnya. HUSNU MUFID

1 komentar:

Rental mobil jepara mengatakan...

agama islam memang sngt luar biasa pak..
'hjeheheee..
goodluck

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat