Senin, 16 September 2013

Ponpes Khamdaniyah Sidoarjo Jatim

* Ponpes Khamdaniyah, Siwalan Panji Sidoarjo, Jawa Timur Tempat Nyantrinya Para Ulama Besar Pesantren klasik yang hingga kini konsisten dengan kesalafannya adalah Pesantren Khamdaniyah. Bangunan pondokan santri tidak berubah. Masih berupa bilik-bilik yang dibuat dari kayu dan anyaman bambu. Khas perkampungan tempo dulu. Sebagai tempat siar Islam, agaknya pesantren yang berada di desa Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo ini tidak mementingkan wadah. Namun mengutamakan isi/hasilnya. Betapa tidak ! sebut saja, Syaikhona Cholil Bangkalan, Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (Kakek Gus Dur), KH. As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Mbah Ud (Pagerwojo), dan ulama-ulama besar lainnya, hasil didikan pesantren ini. Pesantren Khamdaniyah didirikan pada tahun 1787 M. Nama Khamdaniyah diambil dari nama pendirinya, yaitu KH. Khamdani. Namun, di luar kota Sidoarjo terkenal dengan nama pesantren Siwalanpanji. Pesantren ini termasuk pondok tertua di Sidoarjo, Jawa Timur. Tujuannya, tak lain meneruskan perjuangan Walisongo, mensiarkan ajaran-ajaran Islam. Banyak cerita menarik ketika Kiai Khamdani hendak mendirikan pondok di kawasan Desa Siwalanpanji ini. Kala itu tanah pondok masih berupa rawa. Kiai Khamdani yang lahir di Pasuruan pada tahun 1720 M itu di kenal sebagai pribadi yang Zahid (tidak mementingkan urusan duniawi), abid (ahli ibadah), dan wara (berhati-hati dalam segala hal). Sehingga diberi banyak karamah oleh Allah ta’ala. Menurut Gus Rokhim, Ketika kawasan masih berupa rawa, Mbah Khamdani berdoa memohon kepada Allah agar tanah rawa diangkat ke permukaan untuk dijadikan tempat syiar Islam waktu itu. Tidak berselang lama, beberapa bulan kemudian, tanah yang sebelumnya rawa tiba-tiba mengering dan menjadi daratan. Tidak hanya itu, pada awal awal pengerjaan pondok, kayu bangunan pondok yang didatangkan dari cepu melalui jalur laut tiba-tiba pecah dan tergulung ombak, sehingga berserakan di laut. Namun karena pertolongan Allah, kayu-kayu yang semula berpencar ini, bergerak sendiri melalui sungai, menuju ke sungai di seberang kawasan pondok. Ada satu kayu yang tersangkut di kawasan Kediri, dan sekarang disebut menjadi kayu cagak Panji. Karamah-karamah tersebut menjadikan magnet tersendiri, sehingga banyak santri yang mengirik putra-putranya untuk belajar di pesantren ini. Menurut Gus Rokhim, pemangku pondok pesantren Khamdaniyah sekarang ini adalah generasi ke 7 dari Kiai Khamdani. Silsilah beliau bila dirunut ke atas, merupakan ulama-ulama klasik tempo dulu hingga ke walisongo. Beliau adalah salah seorang putra Kiai Mirrodani bin Kiai Sufyan bin Khassan Sanusi bin Sa’dulloh bin Sakorudi bin mbah Sholeh Semendi, yang dikenal sebagai waliyullah. Kiai Khamdani memiliki dua orang putra yang meneruskan perjuangannya, yaitu Kiai Abdurohim dan Kiai Ta’qub. Para putranya memegang tongkat estafet perjuangannya. Murai dari dua putranya ini, merupakan periode keemasan pondok pesantren Khamdaniyah Siwalanpanji Buduran. Pesantren siwalan panji ini cukup dikenal dalam Sejarah Nasional Indonesia, apalagi dalam tarikh penyebaran Islam di Jawa Timur dan penyebaran pola pendidikan Pesantren di Indonesia. Hal ini karena banyak tokoh Islam dan tokoh Pergerakan Nasional yang pernah nyantri atau menimba ilmu dan mendapatkan gemblengan dari para Masyayih di Pesantren ini. KH Hasyim Asy'ari, tokoh Pergerakan Nasional dan pendiri Nahdlotul Ulama' (NU) pernah belajar cukup lama di Pesantren ini, beliau juga sempat di ambil sebagai menantu oleh KH Ya'qub Hamdani. Namun keturunan dari KH Hasyim Asyari dan Khodijah binti KH ya'qub yang pada waktu itu diberi nama Abdulloh meninggal ketika masih bayi di Makkah Al-Mukarromah. Kiai Nawawi atau Raden Sepuh bin Raden Bustaman yang berasal dari Solo Jawa Tengah, Pendiri Pesantren Ma'had Arriyadl Ringin Agung Pare Kediri termasuk santri. Diperkirakan angkatan senior Pesantren Siwalanpanji, karena beliau lahir tahun 1818 M dan mulai nyantri di Siwalanpanji tahun 1835 M kemudian pada tahun 1870 residen Kediri memberi izin mendirikan pesantren Ringin Agung. DIAN

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat