Selasa, 15 November 2016

Candi Ibu Majapahit Nusantara Puri Surya Majapahit Mojokerto







Di Balik Berdirinya Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara di Mojokerto

Mengembalikan Agama Resmi Kerajaan Majapahit

Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara merupakan candi yang baru didirikan oleh Betara Agung Brahmaraja Wilatikta XI di Puri Surya Majapahit. Tujuannya untuk memunculkan kembali agama Siwa Buddha sebagai agama resmi kerajaan Majapahit dan memfasilitasi upaya melakukan ritual. Berikut ini hasil liputan wartawan posmo.


Di bekas reruntuhan kerajaan Majapahit bukan hanya dibangun kembali rumah-rumah khas Majapahit. Tetapi juga dibangun sebuah candi baru yang bernama Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara. Candi tersebut berlokasi tidak jauh dari Kolam Segaran. Persisnya di dalam lingkungan Puri Surya Majapahit.
Bangunan Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara terbuat dari batu bata merah yang tanahnya berasal dari Kec. Mojowarno, Mojokerto. Bahan tanah tersebut diambil dari daerah tersebut. Karena memiliki nilai yang bagus untuk dibuat bata dan kemudian disusun menjadi sebuah candi. Tahan oleh gempa dan cuaca, baik hujan maupun panasnya matahari selama bertahun-tahun.
Candi tersebut tingginya mencapai 15,8 meter. Sengaja dibuat setinggi itu dengan maksud angka 15 belas berarti Dewa Wisnu dan 8 berarti Dewa Pembawa Angin. Hal ini sesuai dengan pakem sastra bahasa sanskerta yang adiluhung, sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama.
Pembuat Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara didatangkan dari Bali. Karena orang-orang Bali masih keturunan Majapahit. Sehingga mampu mengerjakan dengan teliti dan cepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan pemrakarsannya adalah Betara Agung Brahmaraja XI pemilik Puri Surya Majapahit dan sekaligus raja Majapahit.
Pendirian Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara adalah untuk memuja arwah leluhur Majapahit. Mengingat banyak candi yang ada tidak dapat digunakan acara ritual untuk menghormati leluhur sebagaimana mestinya zaman kerajaan dulu. Karena sekarang posisi candi hanya sebagai peninggalan sejarah dan wisata. Bukan lagi diperuntukkan upacara penghormatan kepada leluhur.
Juga Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara difungsikan untuk kegiatan upacara agama Siwa Buddha. Agama tersebut merupakan agama asli Kerajaan Majapahit. Sehingga tidak kesulitan lagi melaksanakan sembayangan karena telah tersedia secara gratis.
Dengan demikian, jelaslah di balik pendirian Candi Ibu Majapahit adalah kita munculkan kembali agama tersebut agar generasi mendatang mengetahui secara pasti agama Kerajaan Majapahit. Sebab selama ini masyarakat hanya mengira bahwa agama Kerajaan Majapahit itu agama Hindu sebagaimana dianut masyarakat Bali.
“Siwa Buddha adalah agama resmi kerajaan Majapahit. Presiden Suharti tidak memasukkan agama Siwa Buddha ke dalam agama resmi di Indonesia. Namun agama Hindu yang dimasukkan. Akibatnya banyak yang tidak tahu,” ujar Betara Agung Brahmaraja XI Raja Majapahit.

Siwa Buddha
Candi tersebut merupakan satu-satunya di Tanah Jawa untuk kegiatan Upacara Sradha atau odalan untuk leluhur Majapahit. Dalam upacara tersebut menggunakan sesaji lengkap dengan ritual agama Siwa Buddha. Istilahnya sesuai dengan adat Majapahit.
Prosesi upacara Sradha sesuai dengan agama Siwa- Buddha diadakan dengan sempurna dan uniknya setiap diadakan upacara Sradha untuk leluhur Majapahit yang datang pun dari semua agama, kepercayaan, dan berbagai suku, ras, dan golongan tanpa ada sekat.
“Nah, Puri Surya Majapahit membuat candi itu guna melaksanakan ritual keagamaan Siwa Buddha di bekas reruntuhan kerajaan Majapahit. Sehingga leluhur tetap mendapatkan doa,” ujar Betara Agung Brahmaraja Wilatikta XI.
Kini Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara menjadi jujugan masyarakat yang ingin melestarikan agama Siwa Buddha yang merupakan agama resmi kerajaan Majapahit. Meskipun di Indonesia agama tersebut tidak diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Padahal dulunya merupakan agama resmi kerajaan Majapahit.
Mereka melakukan upacara Sradha di Candi Keraton Ibu Majapahit Nusantara. Umat Siwa Buddha menikmati suasana yang cukup asri di sekitar Candi Ibu Majapahit. Sebagian besar merasakan suasana kehidupan di zaman kerajaan Majapahit. Yaitu sekeliling rumah ada sungainya. Begitu pula di sekeliling candi ada air kolamnya.
Usai melakukan upacara Seradha melakukan makan bersama nasi tumpeng Majapahit. Mereka merasakan hidup di zaman Majapahit ketika berada di lingkungan Puri Surya Majapahit. Juga berterima kasih dengan didirikannya Candi Ibu Majapahit sebagai pusat ritual agama Siwa Buddha.
Dalam perkembangannya, bukan umat Siwa Buddha yang datang dari Bali saja, melainkan masyarakat sekitar. Juga Komandan Kodim beserta stafnya melakukan kunjungan dan berlanjut bersih-bersih. Sehingga lingkungan Puri Surya Majapahit seluas 5 hektare menjadi bersih dan asri. HUSNU MUFID

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat