Selasa, 15 November 2016

Sufi Syekh Taqiyuddin



Syekh Taqiyyuddin An Nabhani

 

Hafal Alquran pada Usia Anak-Anak


Syekh Taqiyyuddin An Nabhani adalah seorang qadi, penyair, dan sastrawan. Dilahirkan di daerah Ijzim, padang sahara di Palestina. Sebelum balig, telah hafal Alquran. Masa mudanya pun digunakan untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi Islam. Setelah lulus mengamalkan ilmu ke berbagai sekolah Islam dan menjadi hakim.

Syekh Taqiyyuddin mendapat didikan ilmu syariah dan agama di rumah dari ayahnya dan datuk (kakek buyut)-nya. Ayahnya adalah seorang syekh yang faqih fid din (arif dalam agama) serta seorang pengajar ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestin.
Datuknya telah mengajarkan hafalan Alquran sehingga ia bisa hafal Alquran seluruhnya sebelum balig. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syari'ah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syekh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani.
Di samping itu, Syekh Taqiyyuddin juga mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah negeri, seperti saat sekolah dasar di daerah Ijzim. Pertumbuhan Syekh Taqiyyuddin dalam suasana keagamaan yang cukup kental itu, ternyata berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya.
Sebelum menamatkan sekolahnya di Akka, ia telah bertolak ke Kaherah untuk meneruskan pendidikannya di Universiti al-Azhar, hasil dorongan datuknya, Syekh Yusuf An Nabhani. Syekh Taqiyyuddin kemudian meneruskan pendidikannya di Tsanawiyah Al Azhar pada tahun 1928 dan pada tahun yang sama, ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang. Lalu, ia melanjutkan pelajarannya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar. Di samping itu, ia banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiyah di Al Azhar yang diikuti oleh syekh-syekh Al Azhar. Semisal Syekh Muhammad Al Hidlir Husain. Seperti yang pernah disarankan oleh datuknya. Hal itu dimungkinkan karena sistem pengajaran lama Al Azhar membolehkannya.
Ia pun menarik perhatian kawan-kawannya, karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya berpendapat. Serta hujjah yang ia lontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan perbincangan-perbincangan fikriyah. Yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada saat itu di Kaherah dan di negeri-negeri Islam lainnya.
Syekh Taqiyyuddin menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun 1932. Pada tahun yang sama, ia menamatkan kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif. Kemudian, aktif menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai bahasa Arab dan ilmu-ilmu syari'ah seperti fiqih, ushul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, dsb.
Dalam forum-forum halaqah ilmiah tersebut, An Nabhani dikenali oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan perbincangan-perbincangan fikriyah. Demikian juga, ia sangat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin kembali ke Palestin untuk kemudian bekerja di Kementerian Pendidikan Palestin sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah kerajaan di Haifa. Di samping itu, ia juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyah di Haifa. Pada tahun 1940, Syekh Taqiyyuddin diangkat sebagai Musyawir (Pembantu Qadi) dan beliau terus memegang jabatan ini hingga tahun 1945. Yakni saat ia dipindah ke Ramallah untuk menjadi qadi di mahkamah Ramallah hingga tahun 1948. Pada tahun 1951, Syekh Taqiyyuddin menziarahi kota Amman untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah Tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah.
Syekh Taqiyyuddin telah meninggalkan kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tidak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syekh Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran bijak dan beranalisis yang cermat. Karya-karya Syekh Taqiyyuddin yang paling terkenal dan yang memuat pemikiran dan ijtihadnya. Di antaranya Nizhamul Islam, At Takattul Al Hizbi, Mahafim Hizbut Tahrir, An Nizhamul Iqthishadi fil Islam, Nizhamul Hukum fil Islam. husnu mufid


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat