Musibah Banjir Akibat Ulah Manusia
Musim hujan tahun ini bukan hanya membawa berkah bagi
para petani. Tapi membawa musibah bagi warga Bandung dan Bogor. Banjir melanda
dua kota itu. Padahal sejak lama tidak pernah mengalami banjir dikotanya. Kini
seakan-akan banjir telah menenggelamkan kota yang terkenal indah dan cantik
itu.
Harapan kedua kota terseut untuk lepas dari musim panas yang menyengat selama ini telah
terkabulkan. Rasa bahagiapun dapat diperolehnya. Suka cita dalam hati terasa
menyenangkan. Karena tanaman bisa tumbuh subur dan waduk-waduk terisi kembali
oleh air. Sawah dapat teraliri air
secara sempurna.
Tapi sayang sekali rasa bahagia
itu tidak terlalu lama. Karena musibah
banjir telah menimpa mereka. Bahkan
sejumlah rumah mereka telah tergenang oleh air saat hujan turun. Khususnya
diwilayah Bandung. Jalan raya menjadi tempat luapan air sungai yang cukup deras dan besar.
Kendaraan tidak bias melewati.
Mengapa begituBandung yang begitu
indah berubah menjadi lahan banjir yang sulit untuk diatasi. Musim hujan masyarakat menderita. Padahal kota tersebut
merupakan kota bunga dan tidak pernah banjir dimasa lalu. Barangkali ini perlu
dipertanyakan. Jika dulu Jakarta sering kena banjir. Tapi kini Bandung malahan
yang terkana musibah banjir.
Lantas harus menyalahkan siapa
dengan adanya penderitaan yang dialami warga Bandung secara terus-menerus, baik
musim hujan maupun panas. Apakah karena Allah yang memberikan peringatan atau
bangsa ini sendiri?
Untuk melihat pertanyaan yang
bersifat tanda tanya ini, perlu dilihat darimana datangnya musibah itu sendiri.
Kalau dilihat dari segi perbuatan manusianya, maka sudah jelas bahwa manusia
telah merusak lingkungan. Buktinya hutan digunung, pohon-pohon dibukit-bukit
telah ditebangi dengan membabi buta. Juga pembuangan sampah tetap dilakukan di
sungai-sungai.
Dengan demikian jelas, bahwa pada musibah banjir dan longsor kali ini
bukanlah Allah penyebabnya.Tapi manusia itulah penyebabnya merusak alam
lingkungan dan menebagi pohon. Tanpa memikirkan dampak buruknya. Ingat Allah Maha Penolong dan Penyanyang.bagi umat
manusia. Tidak ada niatan Allah untuk membuat sengsara dengan mendatangkan
musibah. Sebab musibah itu datangnya dari manusia itu sendiri.
Untuk itulah sudah sepantasnya
kita sebagai seorag muslim untuk tidak berpangku tangan dengan membiarkan lingkungan kita mengalami
kerusakan. Kita harus mencegah kerusakan
hutan, bukit-bukit. Kalau perlu melaporkan kepada pihak berwajib bila ada
orang-orang yang melakukan perusakan lingkungan.
Kita tidak boleh menyerah pada
nasib. Kita harus berusaha merubah nasih. Karena dalam ajaran Islam
dikatakan. Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mau merubah nasibnya sendiri. Untuk itu
kita harus merubah nasib dari musibah banjir menjadi tidak kebanjiran. Salah
satu cara adalah untuk tetap tidak melakukan penebangan pohon-pohon dan menanam
kembali serta tidak membuang sampah disungai.
Kalau hal itu sudah kita lakukan,
maka sudah barang tentu musibah banjir tidak akan terjadi. Begitupula longsor
dilereng bukit dan ambruknya jembatan-jembatan diberbagai daerah pun tidak akan
terjadi lagi. Sebab ajaran Islam telah mengajarkan untuk melestarikan dan tidak
merusak alam. Ingat, Allah Maha Penyayang kepada umatnya.
Sebagai umat Islam di Bandung
hendaknya benar-benar untuk menjaga alam sekitarnya. Begitupula dengan
pemerintah turut menjadikan alam yang ada sebagai barang yang dilestarikan.Sehingga
berbagai kebijakan pembangunan harusnya
bertumpu kepada pelestarian alam. Jika hal itu dilakukan, maka sudah
barang tentu tidak akan terjadi banjir. Karena
tumbuhan yang ada mampu menyimpan air didalam tanah.
Yahya Azis, SAg, MPdI dosen ITS
dan IAIN Sunan Ampel Surabaya sebagaimana dituturkan kepada husnu mufid
wartawan posmo
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat