Kamis, 03 November 2016

Candi Tikus Pemandian Putri Raja Majapahit






Mengungkap  Kemagisan  Candi Tikus, Trowulan, Mojokerto

Airnya Digunakan Meramal Musim Hujan dan Kemarau

Candi Tikus bukan sembarang candi. Karena air dan batu batanya nya memiliki kekuatan mistis. Yaitu  dapat mengusir  hama tikus dan meramal datangnya musim hujan. Berikut hasil liputan wartawan posmo.   

Candi Tikus terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke arah timur, melewati Kolam Segaran dan  terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi Bajangratu.
Candi Tikus dulunya telah terkubur dalam tanah lalu ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, Sebelumnya, dia mendengar keluh kesah warga Desa Temon yang kalang kabut karena serbuan hama tikus di sawah mereka.
Tanpa pikir panjang, Kromojoyo memerintahkan aparat desa agar memobilisasi massa dan menyatakan perang pada tikus. Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus itu selalu lari dan masuk dalam lubang sebuah gundukan besar. Karena ingin membersihkan tikus sampai habis, Kromojoyo meminta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, di dalam gundukan terdapat sebuah candi. Sehingga Kromojoyo memberi nama Candi Tikus. Selain itu ternyata ada ceritera tentang kemagisan Candi Tikus .
Dikisahkan oleh Mbah Ajiz, seorang penduduk di desa Temon. Dahulu ada seorang petani di desa yang ditinggalinya sekarang, Kecamatan Trowulan, Mojokerto yang gelisah karena serbuan tikus sawah. Hasil tani yang biasanya cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga, kini nyaris tak tersisa.
Tak tahan menghadapi serbuan tikus, dia memohon pada Sang Pencipta. Lalu suatu malam, Si Petani mendapat wangsit agar mengambil air di kawasan Candi Tikus lalu menyiramkan air itu ke empat sudut sawah.
“Sebuah keajaiban terjadi, tikus-tikus yang biasanya kerap beraksi di malam hari hilang begitu saja. Tanah sawah juga mendadak jadi subur. Si Petani tak kuasa menahan kegembiraannya dan bercerita pada warga desa,”ungkap Raden Sisworo Ketua  Pusat Informasi situs kerajaan Majapahit di Puri Surya Majapahit Trowulan Mojokerto.
Namun lain lagi yang dialami oleh saudagar kaya mendengar kabar tentang khasiat air Candi Tikus. Dengan rakus, sang saudagar mencari jalan pintas untuk menambah kekayaannya. Suatu malam, dia mencuri batu candi dan meletakkannya di sudut-sudut sawah. Lagi-lagi sebuah kejaiban terjadi. Tapi kali ini, tikus-tikus malah datang dan menghabisi padi di sawah.
Fenomena ini membuat warga desa sadar, bahwa mereka tak bisa berharap lebih. "Kami hanya bisa memanfaatkan air di Candi Tikus, tapi bukan batu-batu candi," kata mereka. Dan mitos ini, ternyata masih dipercaya hingga kini. Bahkan Raden Timbal saudara kandung Raden Patah diyakini pernah melakukan tapa di candi ini.
Konon air Candi Tikus juga bisa dijadikan patokan musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim kemarau, debit air rata-rata setiap pancuran pancuran lebih kurang 400 cm/detik. Sedangkan jika lantai dasar Candi Tikus mulai tergenang dan pancuran air memancarkan air lebih jauh, dapat diartikan bahwa musim hujan telah menjelang. Ini berarti pula bahwa pada musim hujan debit air di Candi Tikus akan naik, sehingga bisa jadi patokan untuk membuka atau menutup pintu air di waduk atau bendungan.

Pemandian Putri Raja
Sejak zaman prasejarah, air memang memiliki peranan penting dalam kehidupan spiritual manusia. Air dipercaya memiliki daya magis utnuk membersihkan, mensucikan dan menyuburkan.
Tak heran, bila kemudian air yang keluar dari Candi Tikus juga dipercaya memiliki kekuatan magis untuk memenuhi harapan rakyat agar hasil pertanian mereka berlipat ganda dan terhindar dari kesulitan-kesulitan yang merugikan.
Namun, belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M. Karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu.
Banyak cerita tutur mengenai Candi Tikus ini juga berguna sebagai ‘tempat pemandian putri raja’, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Jika dideskripsikan, bangunan Candi Tikus ini lebih menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Letaknya lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah.
Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam. Cahya


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat