Syekh Taqiyyuddin An Nabhani
Hafal Alquran pada Usia Anak-Anak
Syekh Taqiyyuddin An
Nabhani adalah seorang qadi, penyair, dan sastrawan. Dilahirkan di daerah
Ijzim, padang sahara di Palestina. Sebelum balig, telah hafal Alquran. Masa
mudanya pun digunakan untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi Islam. Setelah
lulus mengamalkan ilmu ke berbagai sekolah Islam dan menjadi hakim.
Syekh Taqiyyuddin mendapat
didikan ilmu syariah dan agama di rumah dari ayahnya dan datuk (kakek
buyut)-nya. Ayahnya adalah seorang syekh yang faqih fid din (arif dalam
agama) serta seorang pengajar ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan
Palestin.
Datuknya telah mengajarkan
hafalan Alquran sehingga ia bisa hafal Alquran seluruhnya sebelum balig. Ibunya
juga menguasai beberapa cabang ilmu syari'ah, yang diperolehnya dari ayahnya,
Syekh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani.
Di samping itu, Syekh Taqiyyuddin
juga mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah negeri, seperti saat sekolah
dasar di daerah Ijzim. Pertumbuhan Syekh Taqiyyuddin dalam suasana keagamaan
yang cukup kental itu, ternyata berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian
dan pandangan hidupnya.
Sebelum menamatkan sekolahnya di
Akka, ia telah bertolak ke Kaherah untuk meneruskan pendidikannya di Universiti
al-Azhar, hasil dorongan datuknya, Syekh Yusuf An Nabhani. Syekh Taqiyyuddin
kemudian meneruskan pendidikannya di Tsanawiyah Al Azhar pada tahun 1928 dan pada
tahun yang sama, ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang. Lalu, ia
melanjutkan pelajarannya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang
Al Azhar. Di samping itu, ia banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiyah di Al
Azhar yang diikuti oleh syekh-syekh Al Azhar. Semisal Syekh Muhammad Al Hidlir
Husain. Seperti yang pernah disarankan oleh datuknya. Hal itu dimungkinkan
karena sistem pengajaran lama Al Azhar membolehkannya.
Ia pun menarik perhatian
kawan-kawannya, karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya berpendapat.
Serta hujjah yang ia lontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan
perbincangan-perbincangan fikriyah. Yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga
ilmu yang ada saat itu di Kaherah dan di negeri-negeri Islam lainnya.
Syekh Taqiyyuddin menamatkan
kuliahnya di Darul Ulum pada tahun 1932. Pada tahun yang sama, ia menamatkan
kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif. Kemudian, aktif menghadiri halaqah-halaqah
mereka mengenai bahasa Arab dan ilmu-ilmu syari'ah seperti fiqih, ushul fiqh,
hadis, tafsir, tauhid, dsb.
Dalam forum-forum halaqah ilmiah
tersebut, An Nabhani dikenali oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya
dari kalangan Al Azhar sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat
yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi
untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan
perbincangan-perbincangan fikriyah. Demikian juga, ia sangat
bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna
menimba ilmu dan belajar.
Setelah menyelesaikan
pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin kembali ke Palestin untuk kemudian bekerja di
Kementerian Pendidikan Palestin sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah
kerajaan di Haifa. Di samping itu, ia juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyah
di Haifa. Pada tahun 1940, Syekh Taqiyyuddin diangkat sebagai Musyawir
(Pembantu Qadi) dan beliau terus memegang jabatan ini hingga tahun 1945. Yakni
saat ia dipindah ke Ramallah untuk menjadi qadi di mahkamah Ramallah hingga
tahun 1948. Pada tahun 1951, Syekh Taqiyyuddin menziarahi kota Amman untuk
menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah Tsanawiyah di
Kulliyah Ilmiyah Islamiyah.
Syekh Taqiyyuddin telah
meninggalkan kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran
yang tidak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syekh
Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran bijak dan
beranalisis yang cermat. Karya-karya Syekh Taqiyyuddin yang paling terkenal dan
yang memuat pemikiran dan ijtihadnya. Di antaranya Nizhamul Islam, At Takattul
Al Hizbi, Mahafim Hizbut Tahrir, An Nizhamul Iqthishadi fil Islam, Nizhamul
Hukum fil Islam. husnu mufid
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat