Kisah
Sunan Gunung Jati Berdakwah di Kerajaan Dinasti Ming Cina
Membuka Praktek
Pengobatan dengan Mahar Shalat 5 Waktu
Sunan
Gunung Jati merupakan seorang pemuda yang suka pergi ke negeri orang. Kala itu
negeri yang sangat maju adalah negeri Cina. Kemudian ia menuju ke negeri tersebut sekitar tahun 1479. Tujuannya ingin mendapatkan
pengalaman diberbagai bidang di kerajaan
Dinasti Ming. Sehingga nantinya akan diterapkan di Kesultanan yang dipimpinnya
di Cirebon. Bagaimanakah setelah berada di kerajaan Dinasti Ming. Berikut ini
kisahnya.
Sesampainya
di kerajaan Dinasti Ming, Sunan Gunung
Jati membuka praktek pengobatan. Tapi pasiennya tidak dikenai biaya mahal.
Mahar yang diberikan seikhlasnya.Karena tujuannya memang membantu orang yang
sakit. Ada satu persyaratan yang harus dipenuhi
pasien. Yaitu setelah diobati
melakukan shalat 5 waktu.
Alasan
seorang pasien harus shalat. Karena pada setiap gerakan fisik dari ibadah
Sholat sebenarnya merupakan gerakan ringan dari terapi pijat atau akupuntur,
terutama bila seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar lengkap dengan
amalan sunah dan tuma’ninahnya. Sarannya itu memang terbukti kebenarannya.
Yaitu setelah mengerjakan sholat mereka sembuh.
Hal
inilah yang menjadikan semakin banyak masyarakat Cina yang berobat kepada Sunan
Gunung Jati. Sehingga namanya makin terkenal, beliau dianggap sebagai sinshe
yang berkepandaian tinggi terdengar oleh kaisar. Semakin lama banyak yang
tersembuhkan akhirnya namanya menjadi terkenal di seluruh daratan kerajaan
Dinasti Ming. Kemudian masyarakat memberi gelar dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.
Di
negeri kerajaan Dinasti Ming bukan hanya rakyat kecil yang mengenal, melainkan
tokoh terkenal tentara beragama Islam Jenderal Ceng Ho dan sekretaris kerajaan bernama
Ma Huan, serta Feis Hsin mengenalnya. Ketiga tokoh tersebut berjanji jika ke
Cirebon nantinya akan singgah ke Kesultanan Cirebon.
Kehebatan dalam menyembuhkan masyarakat yang sakit menjadikan Kaesar Hong Gie penasaran
dan ingin mencoba kehebatannya. Oleh karena itu, Sunan Gunung Jati dipanggil
keistana untuk diuji kepandaiannya.
Karena dianggap sebagai tabib pasti
dapat mengetahui mana seorang yang hamil muda atau belum hamil.
Saat
berada di istana kerajaan, Sunan Gunung Jati dihadapkan dua orang putrid kaesar
yang cantik. Dua orang puteri kaisar disuruh maju. Seorang diantara mereka sudah
bersuami dan sedang hamil muda atau baru dua bulan. Sedang yang seorang lagi
masih perawan namun perutnya diganjal dengan bantal sehingga nampak seperti
orang hamil bernama putri Ong Tien. Sementara yang benar-benar hamil perutnya
masih kelihatan kecil sehingga nampak seperti orang yang belum hamil.
Dalam
keheningan suasana Kaesar Hong Gie bertana kepada Sunan Gunung Jati. “Hai raja
dari Jawa, coba tebah mana diantara dua puteriku yang hamil? kata kaisar. Sunan
Gunung Jati tidak menjawab langsung. Mukanya ditundukkan ke bawah. Sambil minta
pertolongan kepada Allah agar dapat menjawab.
Diamnya Sunan Gunung Jati menjadikan Kaesar Hong
Gia meragukan kemampuan raja dari Cirebon itu. Kemudian
berkata, bias menebak atau tidak ? Sunan
Gunung Jati langsung menjawab dengan kata yang pelan sambil menunjuk kearah puteri Ong Tien yang masih Perawan. Kaisar
Hong Gie langsung mengangap tebakan
Sunan Gunung jati meleset. Suasana ruangan istana berubah menjadi ramai. Karena kaesar dan para undangan yang hadir tertawa.
Termasuk dua orang putrid kerajaan itu.
Putri Kaisar
Hong Gie
Ditengah-tengah
tertawa terbahak-bahak yang mengandung ledekan. Tiba-tiba puteri Ong Tien menjerit keras dan kedua
tangannya memegang perutnya. Bantal yang ada dipantatnya hilang tak berbekas.
Putri Ong Tien berkata kepada ayahnya kalau dirinya hamil sungguhan. Suara
tawa seketika itu hilang berganti
kesedihan dan takjub.
Melihat
kondisi seperti itu, maka Sunan Gunung Jati pamit pulang dan meninggalkan
negeri Dinasti Ming menuju Cirebon
dengan naik kapal. Kepergiannya menjadikan puteri Ong Tien bersedih. Diam-diam
ia menaruh cinta kepada Sunan Gunung Jati, maka minta kepada ayahnya agar
diperbolehkan menyusul ke pulau Jawa.
Kekerasana
hati Kaisar Hong Gie akhirnya luluh setelah melihat putrid Ong Tien menangis dan bersedih selama satu bulan. Kemudian mengijinkan
puterinya menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa. Puteri Ong Tien dibekali
harta benda dan barang-barang berharga lainnya seperti bokor, guci emas dan
permata. Sebagian besar barang-barang
peninggalan puteri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang
masih ada dan tersimpan di tempat yang aman. Istana dan Mesjid Cirebon kemudian
dihiasi lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.
Selain
itu, puteri cantik itu dikawal oleh tiga orang pembesar kerajaan yaitu Pai Li Bang
seorang menteri negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah
salah seorang murid Sunan Gunung Jati tatkala beliau berdakwah di Cina. Dari
Cina tidak langsung menuju ke Cirebon, melainkan singgah di kadipaten Sriwijaya
yang waktua itu penguasanya adalah Arya Damar putra Prabu Brawijaya V kerajaan Majapahit. . Begitu mereka datang
para penduduk menyambutnya dengan meriah sekali.
Sedangkan
puteri Ong Tien meneruskan pelayarannya hingga ke Cirebon menemui Sunan Gunung Jati saat itu berada di Luragung Beberapa hari kemudian dilangsungkan pernikahan
antara puteri Ong Tien denga Sunan Gunung Jati terjadi pada tahun 1481. Sesudah
kawin dengan Sunan Gunung Jati, puteri Ong Tien diganti namanya menjadi Nyi
Ratu Rara Semanding. Tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal
dunia.
Akhirnya
Pai Li Bang diangkat menjadi Adipati Palembang sesuai amanat Sunan Gunung Jati
yang singgah lebih dulu di Palembang usai dari Tiongkok. Setelah Pai Li Bang meninggal
dunia maka nama kadipaten Sriwijaya diganti menjadi nama kadipaten Pai Li Bang,
dalam perkembangannya karena proses pengucapan lidah orang Sriwijaya maka lama
kelamaan kadipaten itu lebih dikenal dengan sebutan Palembang hingga sekarang.
Ketika
itu Arya Damar baru meninggal dunia. Penduduk
merasa bingung mencari penggantinya, karena putera Ario Damar sudah menetap di
Pulau Jawa. Yaitu Raden Fatah dan Raden Hasan. Tidak kembali lagi. Karena Raden
Patah telah menjadi Adipati di Demak dan Raden Kusen telah menjadi Adipati di
Teruk Krian Sidoarjo bawahan kerajaan Majapahit.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat