Jumat, 17 Februari 2017

PIlkada Gubernur DKI Jakrta

Gubernur Baru DKI Jakarta

Warga DKI Jakarta memilih pemimpinnya. Yaitu Gubernur dan Wakil Gubernur yang menakhodai segenap tugas dan amanah serta mengelola berbagai kebijakan. Kebijakan itu membawa dampak terhadap kehidupan masyarakatnya.
Bisa berdampak positif, bisa juga negatif. Bila amanah, maka berbuah pahala. Apabila nyeleweng, tentu berdosa. Rabu, 15 Pebruari 2017, warga Jakarta sudah memiliki gubernur baru, untuk masa bakti 5 tahun ke depan.
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, sudah seharusnya harus turut serta dan ikut berpartisipasi dalam memilih pemimpin. Keseriusan untuk terus menjaga kemaslahatan umat harus dibarengi dengan bentuk nyata dalam memberikan perhatian terhadap kondisi sosial masyarakat secara umum.
Perhatian (ihtimam) ini sebagai konsekuensi logis dari karakteristik Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin. Perhatian terhadap kondisi Indonesia berarti perhatian terhadap kondisi umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negara ini.
Sebagai agama yang telah disempurnakan oleh Allah SWT, Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah dan akhlak serta urusan-urusan akhirat. Tapi juga mengatur urusan-urusan dunia termasuk cara memilih pemimpin di negara Indonesia.
Dalam Islam kepemimpinan adalah salah satu aspek yang dianggap sangat penting dalam Islam. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya ayat dan hadits Nabi Muhammad yang membahas tentang ini. Hal ini bisa dimengerti. Karena pemimpin merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan suatu masyarakat.
Hadits Nabi  berikut ini sebagai salah satu bukti begitu seriusnya Islam memandang persoalan kepemimpinan ini. Nabi  Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: " Jika kalian bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Hadits ini secara jelas memberikan gambaran betapa Islam sangat memandang penting persoalan memilih pemimpin. Juga memperlihatkan bagaimana dalam sebuah kelompok Muslim yang sangat sedikit (kecil) pun, Nabi  memerintahkan seorang Muslim agar memilih dan mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin.
Contoh lagi, saat jasad Nabi  yang belum lagi dimakamkan, para sahabat lebih mendahulukan memilih khalifah pengganti Nabi  daripada menyelenggarakan jenazah beliau yang agung dan mulia.
Fakta-fakta ini,  memperlihatkan bahwa persoalan memilih pemimpin itu merupakan salah satu persoalan yang dipandang sangat penting dalam pandangan Islam. Karena memilih pemimpin itu tidak  hanya mencakup dimensi duniawi, lebih dari itu juga memiliki dimensi akidah (ukhrowi). Karenanya, tidak selayaknya seorang Muslim masih menggunakan dasar dan acuan lain selain yang telah jelas dan tegas disebutkan dalam kitab sucinya al-Quran, jika mereka benar-benar mengaku orang yang beriman.
Banyak definisi pemimpin yang sering dipakai di dalam kehidupan sehari-hari. Jika merujuk pada ayat-ayat yang berbicara tentang larangan memilih pemimpin kafir/non Muslim, kata pemimpin yang digunakan dalam ayat-ayat tersebut merujuk pada pengertian seseorang yang memegang dan menguasai suatu wilayah kaum Muslimin. Dengan kata lain pemimpin yang dimaksud di sini bermakna pemimpin yang kekuasaannya bersifat kewilayahan dan memiliki wewenang penuh atas wilayah kaum Muslimin secara penuh.
Oleh karena itu, pilihlah calon Gubernur DKI Jakarta yang mengajak bertaqwa kepada Allah dan jangan memilih pemimpin yang mendorong bermaksiat kepada-Nya, meskipun ia keluarga kita. Karena dalam Islam, memilih pemimpin juga merupakan bagian dalam kehidupan beragama.
Tentu lebih utama yang baik agamanya dibandingkan dengan umat yang akan dipimpin nantinya agar bisa membawa rakyatnya menjadi lebih baik dalam segala bidang. Jangan sampai kita umat Islam salah memilih tokoh yang nantinya malah berdampak buruk bagi rakyat. Memilih pemimpin bukanlah sekedar berdasarkan popularitas, suku, penampilan, atau hal-hal duniawi lainnya.
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan di kemudian hari, Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin juz II mengatakan, “Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya. Kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama. Kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Barangsiapa dikuasai oleh ambisi duniawi, ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tempat meminta segala persoalan”.
Mari kita berikhtiar bersama-sama memilih Gubernur DKI Jakarta dan Wakil Gubernura yang benar-benar ulil amri dari kalangan para tokoh umat yang selalu dekat dengan agama dan segala ketentuan Allah. Sehingga menjadi negara yang berkah dan dilindungi oleh Allah SWT. Aamiin.

Yahya Aziz, SAg, MPdI UINSA Surabaya sebagaimana dituturkan kepada husnu mufid redaktur posmo

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat