Jumat, 17 Februari 2017

Sufi, Ibnu Kafi

Ibnu Khafif al-Farisi
Meminta Nasihat Orang yang Sedang Berkhalwat

Ibnu Khafif adalah seorang sufi yang suka mengembara ke berbagai negeri. Di antaranya adalah Bagdad dan Mesir. Apakah yang dialami ketika melakukan perjalanan di dua kota tersebut? Berikut ini kisahnya.

Ibnu Khafif lahir di Syiria pada tahun 270 H/882 M. Ia berasal dari keluarga kerajaan Bani Umayyah yang memegang teguh nilai-nilai Islam. Setelah mengenyam pendidikan luas, ia pergi ke berbagai kota.
Saat Ibnu Khafif menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, singgah terlebaih dahulu di kota Baghdad. Di sini ia diliputi dengan kesombongan hingga tidak menemui Syekh Junaid, seorang ulama terkemuka di kota tersebut. Ketika ia berada jauh di tengah padang pasir, dengan membawa seutas tali dan sebuah timba, rasa haus meliputinya. Ia melihat sebuah sumur, seekor rusa sedang minum di sana. Saat ia tiba di bibir sumur, airnya lenyap seketika.
"Ya Allah," pekikku, apakah rusa ini lebih berharga di mata-Mu daripada 'Abdullah? Aku mendengar sebuah suara berkata, "Rusa itu tidak membawa timba dan tali, ia menggantungkan nasibnya kepada Kami," ujarnya.
Dipenuhi dengan kegembiraan, ia pun mem­buang timba dan tali yang dibawa, lalu pergi meneruskan perjalanannya. Lalu ia mendengar suara itu lagi, "Abdullah, Kami telah mengujimu. Karena engkau tabah, maka kembali dan minumlah". "Aku kembali ke sumur tadi dan melihat airnya meluap. Aku pun berwudu dan minum. Lalu aku kembali melanjutkan perjalananku," ungkapnya.
Sepanjang perjalanan ke Madinah, ia tidak membutuhkan air lagi karena wudu-nya tadi. Saat ia tiba kembali di Baghdad, pada hari Jumat pergi ke masjid, Syekh Junaid ada di sana. Ia melihatnya dan berkata kepadanya, "Jika engkau benar begitu, sabar, niscaya air akan memancar dari bawah kakimu." Dari sinilah Ibnu Khafif akhirnya tersadar bahwa kesabaran itu akan mewujudkan kebaikan untuk dirinya sendiri.
Kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju Mesir. Karena mendengar berita tentang seorang lelaki tua dan seorang pemuda yang terus-menerus berkhalwat di suatu tempat untuk menghindari keramaian guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sesampainya di sana ia melihat dua orang yang menghadap ke arah Makkah dengan khusuk tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Tiga kali Ibnu Khafif mengucapkan salam kepada mereka yang sedang berkhalwat, tetapi mereka tidak menjawab salamnya. "Semoga Allah memelihara kalian," pekik Ibnu Khafif. "Jawablah salamku!” katanya berulang.
Kemudian mereka menjawab sambil mengangkat kepalanya dan ber­kata, "Ibnu Khafif, dunia ini adalah hal kecil, dan dari yang kecil ini hanya sedikit yang tersisa. Dari yang sedikit ini ambillah yang banyak, wahai Ibnu Khafif. Mungkin engkau punya banyak waktu luang sehingga mau bersusah-payah menyapa kami.”
Setelah berkata demikian, orang yang bekhalwat itu menundukkan kepalanya lagi. “Walaupun sebenarnya aku lapar dan haus, aku melupakan semua itu, aku begitu terpesona melihat mereka. Aku menunggu; dan mendirikan salat zuhur dan ashar bersama mereka,” ujar Ibnu Khafif.
Kemudian Ibnu Khafif kembali mengajak berbicara, "Nasihatilah aku." Lalu dijawab oleh orang yang berkhalwat itu. "Wahai Ibnu Khafif, kami adalah orang-orang menderita," jawab orang yang sedang berkhalwat itu, "Kami tidak punya lidah nasihat. Orang lainlah yang seharusnya menasihati yang menderita," tambahnya.
Jawaban orang yang berhalwat itu menjadikan Ibnu Khafif semakin penasaran. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tetap tinggal selama tiga hari tanpa makan dan tanpa tidur. Ia bertanya dalam hati, "Apa yang mesti kukatakan agar mereka mau menasihatiku?" Orang yang berkhalwat itu mengangkat kepalanya dan berkata, "Bersahabatlah dengan seseorang yang bila engkau memandangnya, engkau teringat kepada Allah, dan yang pesonanya menggugah hatimu, seseorang yang menasihatimu dengan lidah amal; 'bukan dengan lidah, kata-kata," ungkapnya.
Nasihat orang yang berkhalwat itu diterima dengan senang hati. Lalu Ibnu Khafif merenungkan dengan mendalam di sebuah masjid karena nasihat itu memiliki nilai yang cukup dalam.
Setelah memahami nasihat orang yang sedang berkhalwat itu kemudian pergi meninggalkan Mesir menuju negeri Byzantium untuk mendapatkan pengalaman spiritual yang lebih banyak lagi. HUSNU MUFID


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat