Selasa, 06 Desember 2016

Sufi THalhah


Thalhah bin Ubaidillah

Masuk Islam pada Urutan Kelima

Thalhah bin Ubaidillah seorang pemuda Qurais yang cukup dekat dengan Rasulullah SAW. Mulai dari menemani berdagang ke negeri Syam hingga perang Uhud. Seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada junjungannya.
Bagi suku Qurais, Thalhah bin Ubaidillah sudah tidak asing lagi. Karena ia seorang pemuda yang sangat dekat kepada Rasulullah SAW. Baik saat masih berada di kota Makkah maupun ketika berdagang di negeri Syam. Dari kedekatannya inilah tokoh ini kemudian bersedia masuk Islam secara ikhlas. Tanpa adanya rasa takut kepada siapa pun. Termasuk kepada orang-orang Qurais dan orang tuanya sendiri.
Ia masuk Islam pada urutan kelima di antara sahabat-sahabat lain yang baru masuk Islam. Ketika Thalhah masuk Islam, marahlah keluarganya. Karena ia dianggap telah mengikuti ajaran agama baru yang diajarkan Rasulullah dan telah murtad dari agama leluhurnya.
Sudah menjadi tradisi jika orang Makkah masuk Islam, maka keluarganya mencincang tangannya dan dibawa ke padang pasir yang tandus. Badannya dipukuli dan ibunya berteriak-teriak memarahi. “Murtad-murtad kamu,” ujar ibunya dengan muka merah padam.
Mekipun mendapat siksaan yang cukup berat, Thalhah pun tetap pada pendiriannya masuk Islam.. Karena keyakinannya tetap bulat masuk Islam dan ingin menjadi seorang muslim yang kaffah. Keteguhan hatinya itu akhirnya dibiarkan oleh ibunya dan keluarganya. Kemudian tidak diakui sebagai anak dan dianggap anak durhaka.
Namun baginya tidak mempermasalahkan, yang penting di mata Allah aku anak takwa. Karena telah memilih agama baru yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Memang, sejak itu ia tidak diakui oleh keluarganya yang tergolong saudagar kaya di kota Makkah itu. Hari-harinya dihabiskan di rumah Rasulullah untuk mendengarkan ajaran-ajarannya. Sehingga, ia menjadi seorang yang memiliki tingkat aqidah dan ketauhidan cukup kuat.
Ketika pengikut Nabi Muhammad banyak yang hijrah ke Madinah, maka ia pun ikut juga. Begitupula saat terjadi Perang Uhud, Thalhah bersama dengan Rasulullah menghadapi orang-orang kafir yang jumlahnya cukup banyak. Waktu itu umat Islam terbuai oleh barang rampasan yang ditinggalkan orang-orang kafir, sehingga lupa dengan tugasnya sebagai tentara yang bertempat di atas bukit Uhud.
Akibatnya Rasulullah ditinggal oleh sebagian besar tentara Islam di atas Bukit Uhud. Hanya sejumlah pemuda-pemuda yang melindungi dan tidak tertarik dengan harta rampasan itu. Salah satunya adalah Thalhah bin Ubaidillah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kaum Qurais yang dipimpin Khalid bin Walid yang waktu itu belum masuk Islam.
Dengan kecerdikan Khalid bin Walid tentara Islam banyak yang mati syahid.
Kemudian Rasulullah menjadi target sasaran pembunuhan. Hanya saja mengalami kesulitan. Karena dilindungi oleh sejumlah pemuda Ansor dan Muhajirin yang siap mati. Untuk menghadapi tentara kafir. Maka, Rasulullah yang dalam kondisi terluka di tubuh dan mulutnya memerintahkan sahabat Ansor melakukan perlawanan.
“Barang siapa yang berani menghadapi tentara kafir yang telah berada di depan mata, akan mendapatkan pahala surga,”ujar beliau. Mendengar ucapan Rasulullah itu kemudian Thalhah meminta dirinya untuk menghadapi kaum Qurais itu. Tapi tidak diperbolehkan dan menyuruh pemuda Anshor untuk maju perang.
Begitu maju ke depan menghadapi tentara kafir Qurais, pemuda Anshor itu meninggal dunia. Karena kalah tangguh. Lalu Thalhah minta untuk maju perang menghadapi tentara kafir yang semakin dekat jaraknya. Rasulullah pun tetap menolak dan hanya berpesan agar tetap berada di sampingnya. Hingga 11 pemuda Anshor terbunuh.
Setelah itu baru, Thalhah diperbolehkan maju berperang. Dengan mengerahkan tenaga dan keahlian berperang. Sejumlah tentara kafir dapat dibunuh. Namun badannya banyak terkena tusukan pedang dan tangan kanannya terputus. Kondisi ini membuatnya tersungkur. Sahabat Abu Bakar dan Umar yang baru datang membantu mengira sudah meninggal dunia, akan tetapi hanya pingsan.
Sahabat-sahabat pun memberi gelar serupa. Rasa hormat pun tetap besar. Meskipun tubuh Thalhah tidak sempurna, ia mendapat penghormatan yang cukup tinggi. Tidak ada yang mengasingkan karena kecacatannya itu. Melainkan semakin banyak yang menjadi sabahatnya. Baik dari kalangan Anshor maupun Muhajirin. HUSNU MUFID
Lalu diangkatlah menuju perkemahan setelah tentara kafir meninggalkan tempat pertempuran setelah sejumlah sahabat lain memberi bantuan pasukan. Nyawa Thalhah bin Ubaidillah akhirnya terselamatkan. Kondisi tubuh yang sedemikian itu ia mendapatkan gelar dari Rasulullah sebagai “Syahid Yang Hidup”.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat