Minggu, 16 September 2012

Nasional MUNAS-KONBES NU 2012 Pancasila Masih Ada

Pancasila masih ada. Buktinya, di dalam perhelatan Munas Alum Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, 14-17/9. Di pesantren tempat lahir Ketua UMUM PBNU Prof DR KH Said Aqil Sirodj ini, wujud nyata nilai falsafah hidup bangsa Indonesia itu menjadi fakta. Tanpa diperintah atau dimobilisir, banyak sekali warga masyarakat yang menyumbang logistik untuk acara tersebut. Ada yang menyumbang beras, sayur-mayur, bahkan sapi. Tak tanggung-tangung, sejak dua hari menjelang Munas hingga pembukaan, ada 8 ekor sapi yang disumbangkan masyarakat, dan tak satupun mau disebut namanya. Selain itu, ratusan orang, tua muda, pria maupun wanita, beberapa hari bekerja bhakti secara ikhlas membersihkan lingkungan pondok. Menyapu jalanan, mencabuti rumput atau merapikan pepohonan. Juga melancarkan selokan dan menata perabotan. Warung-warung yang banyak buka di sekitar jalan masuk arena Munas pun ditata rapi oleh warga bersama santri. Bukan dari panitia. Kiai Said Aqil Sirodj dalam pidato sambutannya, mewakili pengasuh Ponpes Kempek yang tak lain kakaknya sendiri, KH Ja’far Aqil Sirodj mengatakan, kegotongroyongan warga menyokong terselenggaranya Munas-Konbes membuktikan bahwa nilai Pancasila masih terpatri di sanubari rakyat Indonesia . “Pancasila masih ada. Belum sirna. Buktinya nyata di acara Munas dan Konbes NU ini. Tak kami sangka, banyak sekali bantuan dan sokongan warga masyarakat. Gotong royong itu masih dijiwai rakyat. Saya mewakili sohibul bait hanya bisa berucap terima kasih dan doa untuk para penyokong acara,” ujarnya sambil terharu, disambut tepuk tangan hadirin. Ribuan orang termasuk tamu dari negera lain ikut bersemangat dalam tempik sorak itu. Sementara “warga biasa” yang bukan peserta Munas-Konbes, duduk lesehan beralas koran di luar ruang pembukaan. Embah-embah berwajah “rakyat” khusyuk mendengarkan aneka pidato dari para ulama NU sambil menonton tayangan langsung di layar proyeksi lebar di luar Gedung Olah Raga (GOR) tempat pembukan Munas. Sikap dan suasana yang ada di tengah mereka, persis dalam gelaran pengajian di masjid atau musholla. Meski tidak ada mauidhoh hasanahnya mereka yang lesehan itu tak beranjak meski pembukaan usai. Tak lain karena ingin bersalaman dengan para ulama yang sangat mereka hormati. Mencium tangan para kyai seraya meminta berkah doanya.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat