Dibalik Berdirinya Klenteng Ing An Kiong
Malang
Dijadikan
Pusatnya Budaya Tionghoa
Dimana ada orang Tionghwa tingal,maka
ditempat itu pasti akan ada tanda-tanda dari kebudayaan tionghoa, baik yang
sederhana maupun yang kelihatan mentereng. Salah satunya yakni Klenteng yang
umurnya bisa ratusan tahun. Seperti Klenteng tertua di Kota Malang. Berikut ini
hasil liputan wartawan posmo.
Arti nama Klenteng Ing An, adalah Slaloe Slamet, mempunyai tujuan yang luhur,
yaitu tetap memelihara kebudayaan Tionghwa, seperti: Merawat dan memelihara
toapekong, mengatur sembahyang pada hari-hari besar Tionghwa misalnya Ce-soe,
Ching Bing, Chio ko, dan lain sebagainya. .
Untuk itulah orang-orang selalu
memberikan sesaji kepada kedua dewa tersebut dengan harapan yang dilaporkan
bukan yang jelek-jelek saja. Selamat dan celaka, untung dan rugi, susah dan
senang, bangsa Tionghwa selalu mengingat Toapekong-Toapekong itu yang
seolah-olah menjadi wakilnya Tuhan.
Jauh sebelum Klenteng itu berdiri, di
ujung perempatan Klentengstraat ( Sekarang Jl.Laksamana Martadinata ), sudah
ada toapekong (Patung) Thow Tee Kong (Malaikat Bumi). Kongkousian menulis
“sayang seribu sayang, dalam sekian catatan batu yang saya lihat di dalam klenteng
In Ang Kiong itu, tidak ada sepatah katapun yang menceritakan sejarah Toapekong
Thow Tee Kong,” tulisnya.
Didalam klenteng itu juga terdapat
patungnya Kwan Im Hudco dan Kwan Kong. Patung Kwan Im terdapat di belakang
klenteng, sedangkan patung Kwan Kong terletak di ruangan sebelahnya. Di
sebelahnya terdapat tempat penjualan hioswa, lilin serta perlengkapan
sembahyang lainnya.
Berhadapan dengan patung Kwan Im,
terdapat sebuah patung besar. Konon itu
patung seorang panglima perang yang sudah 18 turunan terus menerus menjadi
jenderal perang. Lukisan-lukisan tentang cerita Jie Sie Hauw, Sam Kok, dan lain
lain juga menghiasi tembok-tembok klenteng ini. Didalam ruangan Kwan Im
terdapat sebuah lukisan yang dramatis.
Di situ digambarkan seseorang yang
membelah perutnya sendiri, lalu dari perut itu keluarlah kepala…. Sang Budha.
Itu adalah lukisan tentang murid budha yang terakhir. Sebelum menjadi muridnya
Budha, orang ini adalah seorang poerampok. Namun setelah mempelajari Budha
secara mendalam, ia pun berubah menjadi orang yang alim. Kendatipun demikian
tak ada seorangpun yang mempercayainya. Karena itulah ia membelah perutnya
sendiri untuk menunjukkan bahwa sang Budha benar-benar ada dalam dirinya.
Sungguh, lukisan itu mengandung filosofi kehidupan yang sangat dalam maknanya.
Patung Thow Tee Kongini diyakini sebagai
penguasa tetumbuhan yang ada di muka bumi. Ia juga penjaga keselamatan sawah.
Ladang serta tegalan. Orang-orang Tionghoa sering menghubungkan Malaikat bumi
ini dengan Toapekong Dapur. Yakni Cao Koen Kong. Kedua dewa tersebut sering
melaporkan perbuatan manusia kepada Giok Hong Siang Tee.
Menilik dari catatan seorang penulis
bangsa Tionghoa yang tinggal di Malang sekitar 1939 dengan nama samaran
Kongkousian, Ia menuturkan bahwa Klenteng Ing An Kiong merupakan pusatnya
kebudayaan bangsa Tionghoa yang berada di Kota Malang. Bahkan klenteng tersebut
dikatakan sudah berdiri sejak 1904, dimana pada saat itu Klenteng yang satu ini
dikenal sangat wingit.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat