Rabu, 19 Maret 2014

Jembatan Segelap Juwana



Menaburkan Bunga Di Jembatan Segelap Juwana Pati Jateng

Diyakini Dapat Datangkan Jodoh


Keberadaan Jembatan Segelap yang merupakan tempat moksanya Loro Pujiwati hingga kini dipercaya mendatangkan berkah. Khususnya bagi wanita yang belum menikah. Mereka percaya usai melempar bunga di jembatan  pada bulan Sakban akan mendapatkan jodoh. Bila jodoh telah didapat, maka orang tuanya harus melempar  ayam dari atas kendaraan ke arah jembatan.  Mengapa ?

Pembawa Berkah
Jembatan Segelap yang berada di jalur  Juwana Semarang ini bentuknya biasa dan kecil.  Tidak seperti jembatan lain yang besar lagi angker. Meski begitu jembatan ini punya kelebihan yang menarik  minat  masyarakat, yaitu dapat mendatangkan berkah berupa jodoh bagi wanita yang masih lajang. 
Daya tarik itulah  yang membuat ribuan wanita bujang berdatangan. Khususnya  pada bulan Sakban, mereka  bertujuan kelak mendapatkan laki-laki yang di idam-idamkan sebagaimana  yang dialami  Loro Pujiwati putri Sunan Ngerang.
“Orang yang datang kesitu nasibnya ingin seperti putri Loro Pujiwati. Mengingat  jembatan Segelap ini tempat moksanya  putri tersebut setelah dikejar-kejar anak bupati Pati. Mereka inginnya, juga bisa dikejar laki-laki yang pada akhirnya jadi jodohnya,” ungkap Legiwo penduduk setempat.  
Mereka  datang ke Jembatan Segelap bukan hanya datang serombongan dengan teman-teman senasib (belum punya suami). Tapi melakukan acara ritual dengan melemparkan kembang-kembang  setaman yang harum baunya ke pinggir jembatan.
Sehingga  kembang tersebut  numpuk setinggi dua meter lebih. Pasalnya, banyak sekali yang  menabur bunga di pinggir jembatan pada bulan tersebut itu. Anehnya kembang tersebut hilang dengan sendirinya, tanpa ada yang mengambil.

Lempar Ayam Di Jembatan
Usai melempar kembang, para wanita yang masih belum bersuami itu tidak langsung pulang, melainkan santai sejenak disekitar jembatan atau berjalan-jalan ke arah pasar Juwana. “Jadi ramai sekali jalan jurusan Juwana Semarang macet total pada bulan itu,” ungkap Legiwo tokoh masyarakat.
Bagi mereka yang  cita-citanya terkabul yakni mendapat  jodoh yang di idam-idamkan akan datang kembali ke jembatan. Biasanya  usai mengadakan pesta perkawinan orang tuanya melempar ayam  ke dalam jembatan. Tujuannya sebagai  rasa bersyukur.
Banyaknya orang yang melempar ayam ke arah Jembatan Segelap, menjadikan  masyarakat sekitar malah untung. Karena ayam-ayam itu dapat ditangkap dan dibawa pulang untuk dipelihara.
“Saya menemukan ayam sudah empat ekor disini. Asalnya dari orang yang anaknya telah mendapat jodoh laki-laki.  Mereka melemparnya dari atas bus atau mobil,” ungkap Suparman, petani yang sering beristirahat  di sekitar jembatan.
Kini bangunan jembatan Segelap di pugar oleh pemborong. Karena dikhawatirkan akan ambruk. Ketika akan melakukan  pemugaran,    pemborongnya  diingatkan oleh orang tua agar berhati-hati. Karena resikonya besar dan nyawa taruhannya.
Nasehat yang disampaikan orang tua itu di turuti. Maka Iskak selaku pemborong melakukan selamatan terlebih dahulu sebelum melakukan pemugaran. Harapannya agar  tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Harapan itu terkabul, terbukti selama  proses pembangunan tidak sampai menelan korban jiwa. Pekerja tidak ada yang kesurupan dan kendaraan yang lalu-lalang  pada siang maupun malam bisa selamat.
“Ada beberapa truk yang nyosop dan nabrak di sini. Karena tak tahu kalau jembatan sedang diperbaiki.  Tapi sopir dan kernet tidak cidera,” ujar Iskak Pimro Jembatan Segelap Juwana. husnu mufid

 
  

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat