Rabu, 19 Maret 2014

Pagar Nusa





Menguak Berdirinya Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa (1)

Lestarikan Peninggalan Walisanga


Pencak silat merupakan seni tradisional yang sampai saat ini masih dilestarikan. Bahkan di kalangan Nahdlotul Ulama khususnya pondok pesantren, seni beladiri tersebut diajarkan dan menjadi kebanggakan, apalagi ilmu itu sebagai warisan dari walisanga. Agar tidak sirna terutama di kalangan NU, maka tahun 1995 lalu yang bertempat di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jatim, dibentuk dan didirikanlah Ikatan Pencak Silat NU yakni Pagar Nusa.

Pembentukan  seni bela diri Pagar Nusa lebih banyak dilatarbelakangi dari sebuah perhatian, sekaligus  keprihatinan tentang surutnya dunia  persilatan dipelataran Pondok Pesantren. Padahal awalnya, pencak silat  merupakan kebanggaan yang menyatu  dengan kehidupan  dan kegiatan pondok pesantren.
Tanda-tanda kesurutan itu antara lain; hilangnya ponpes sebagai Padepokan Pencak Silat. Awalnya  ponpes  bisa diibaratkan  sebagai sentral kegiatan  pencak silat. Kiai dan ulama pengasuh pondok pesantren selalu melengkapi dirinya  dengan ilmu pencak silat. Khususnya  aspek  tenaga dalam  atau karomah, yang dipadu dengan beladiri. Pada saat  itu, seorang  kiai sekaligus juga sebagai pendekar pencak silat.
Di sisi  lain tumbuh  menjamurnya  perguruan pencak silat dengan segala  keaneka ragaman, baik dilihat dari segi  agama, aqidah maupun kepercayaannya. Satu sama lain  bersikap tertutup menganggap dirinya  paling baik dan kuat. Kebanyakan  bersifat lokal  sehingga tumbuhnya menjamur  dan berguguran setelahnya.

Ponpes Tebuireng

Keadaan yang demikian  mendorong  para ulama pimpinan  pondok pesantren, pendekar serta tokoh-tokoh  pncak silat untuk musyawarah khususnya mencari jalan keluar, yaitu membuat sesuatu wadah yang khusus  mengelola pencak silat NU. Peristiwa itu terjadi 12 Muharrom 1406 H bertepatan 27 September 1985 M di Ponpes Tebuireng Jombang Jawa Timur. Musyawarah tersebut dihadiri  tokoh-tokoh pencak silat  dari Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Naganjuk dan Kediri. Pada musyawarah tersebut disepakati antara lain membentuk Ikatan Pencak Silat NU (IPS NU).
Pertemuan para pendekar silat dan pengasuh sebuah pesantren kedua diadakan 3 Januari 1986 di Ponpes Lirboyo Kediri Jatim. Utusan  dari PW NU Jatim yaitu K Bukhori Susanto (Lumajang) dan H Suhar Billah SH,LLT dari Ponpes An-Najiyah Sidosermo Surabaya.
Dalam musyawarah  tersebut disepakati  susunan pengurus  harian Jatim merupakan embrio pengurus pusat sbb: Ketua Umum: KH Agus Maksum  Djauhari, Sekretaris, Drs H Fuad Anwar, Ketua Harian, KH Drs Abdurrahman Ustman, Ketua I, H Suhar Billah, Sekretaris Drs H Fuad Anwar, Sekretaris I, Drs H Kuncoro, Sekretaris II Ashar Lamro.
Nama yang disepakati  adalah Ikatan Pencak Silat NU disingkat (IPS NU).

Pada waktu audensi dengan pengurus wilayah NU Jawa Timur diusulkan nama  oleh KH Anas Thohir selaku pengurus  wilayah Jatim adalah Ikatan Pencak Silat  NU Pagar Nusa yang mempunyai kepanjangan  Pagar NU dan Bangsa. Nama tersebut diciptakan oleh KH  Mudjib Ridwan  dari Surabaya putra  KH Ridlwan  Abdullah  pencipta lambang NU. Simbul terdiri dari  segi  lima warna  dasar hijau  di dalamnya bola dunia. Didepannya pita bertuliskan logo. La Gholiba Illa Billah. Tiada yang menang kecuali  mendapat pertolongan Allah. Dilengkapi  dengan bintang  sembilan dan trisula.
Dikalangan NU dikenal  dengan nama cabang sebagai simbul pencak silat. Lambang tersebut diusulkan oleh H Suhar Billah. Disempurnakan dan dirubah menjadi segilima  oleh peserta  musyawarah III di pondok  Pesantren Tebuireng Jombang.
KH  Samsuri Badawi sebagai sesepuh dan penasehat yang sempat  hadir dalam musyawarah tersebut menandaskan; Logo  yang berbunyi Laa Gholibi Illallah dipertahankan. Untuk membentuk susunan pengurus  tingkat nasional, PBNU  membuat surat pengantar kesediaan ditunjuk menjadi pengurus. Surat  pengantar tersebut  ditandatangani  oleh ketua umum PBNU KH Abdurrahman  Wahid  dan Rais Aam KH Ahmad Shidiq.
Lembaga  Pencak Silat NU memenuhi tuntutan organisasi mengadakan  Munas I yang diadakan  di Ponpes  Zainul Hasan Genggong Kraksaan  Probolinggo Jatim. Surat kesediaan  ditempati, ditanda tangani oleh KH  Saifurrizzal Penentuan  tanggal pelaksanaan  Munas I digelar 20-23 September  1991. Ternyata  tanggal  tersebut  adalah 100 hari wafat beliau, sehingga  waktu pembukaan  diadakan tahlil dahulu.
Sesuai dengan hasil Muktamar NU di Cipasung, lembaga  Pencak Silat NU Pagar Nusa berubah status dari Lembaga menjadi Badan Otonom. Sehingga namanya menjadi; Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa. (bersambung) husnu mufid

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat