Rabu, 19 Maret 2014

Masjid Kutoarjo



Keangkeran Majid Roudotul Kholidiah di  Kutoarjo Jawa Tengah

Penunggang Kuda Harus Turun Bila Berada di Depan Masjid

Masjid yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Roudotul Kholidiyah ini dulunya dianggap angker. Merupakan cikal bakal  masjid yang pertama di Kutoarjo. Penduduk tidak ada yang berani mendekat. Orang-orang penunggang Kuda, bila mendekati masjid. Pasti turun terlebih dahulu. Kalau nekat biasanya jatuh. Makanya  para bangsawan dan Belanda turun dari kudanya jika mendekati masjid. Selain itu menjadi tempat pengungsian penduduk ketika terjadi banjir.    

Disebut Masjid Tiban
Masjid  Roudotul Kholidiyah  di desa Sanepo Blimbingan ini merupakan masjid yang pertama kali ada di Kutoarjo Purworejo Jawa Tengah. Usianya lebih tua dari Masjid Al Izhaar yang  berada di alun-alun itu. Padahal dibangun tahun 1874 pada masa penjajahan Belanda. 
Keberadaan masjid tersebut sangat  misterius.  Karena tidak diketahui kapan didirikan dan siapa pembuatnya.  Tahu-tahu  muncul ditengah-tengah rerimbunan pohon besar yang usianya ratusan tahun.  Warga sekitar  menyebutnya sebagai masjid tiban.
Masyarakat   mengira  rumah besar yang terbuat dari kayu jati itu  sebagai rumah para Jin jahat.  Maka dari itu tidak ada yang berani mendekat. Kecuali KH Abdullah Faqih, Ulama’ yang terkenal akan ilmu kesaktiannya berani mendekat. Malahan  dijadikan sebagai tempat tinggal dan sholat berjamaah bersama santri-santrinya.

Dipercaya Angker
Ketakutan warga sekitar memang cukup beralasan. Karena masjid dan sekitarnya  dianggap angker. Tidak boleh dibuat sembarangan baik berjudi, minum-minuman keras. Bahkan untuk  tiduran, sekedar mepelas lelah setelah bekerja seharian.
“Bisa-bisa badan berada di kuburan yang terletak di belakang masjid atau di tengah halaman. Hal ini pernah dialami oleh sejumlah orang yang kebetulan tertidur,”ujar KH Ridwan  Ulama’ Kutoarjo Jateng.
Selain itu di lingkungan masjid tersebut sepertinya ada kekuatan gaib yang menyelimuti. Orang yang mengendarai Kuda, jika lewat di depan Masjid Roudotul Kholidiyah harus turun. Kemudian menuntun kudanya dengan jalan pelan-pelan.
Tidak peduli itu  kaum bangsawan  maupun Belanda dan Cina yang kaya raya.  Kalau sampai nekat menaiki  Kudanya dengan kecepatan tinggi bisa dipastikan  akan jatuh dari atas Kuda.  “Ceritanya orang tua-tua itu dulu begitu. Makanya para penunggang Kuda pasti turun,”ujarnya.
Tapi setelah  KH Abdullah Faqih menempati  masjid tersebut. Sedikit-demi sedikit melakukan pengusiran terhadap mahluq halus itu. Dengan jalan melakukan Mujahadah selama satu tahun. Akhirnya Jin jahatnya sudah pergi dan hanya Jin Islam saja yang masih tinggal. Tapi tidak mengganggu.     
Selanjutnya masjid tersebut digunakan untuk kegiatan  mengaji dan kumpulan Torekoh Naksabandiyah. “Bahkan saat Kutoarjo kebanjiran tahun 1921 banyak penduduk yang mengungsi ke masjid ini. Tujuannya mencari keselamatan,”ujarnya.
Kini posisinya terletak di lingkungan pesantren yang diasuh anak cucunya. Dan bentuk bangunannya hampir semua tembok. Yang berujud kayu jati tinggal tiang penyanggah kubah yang masih asli.
Sehari-harinya banyak warga luar kota yang datang untuk belajar ilmu agama. Baik tua maupun muda. Mereka belajar dengan tenang. “Santri-santri tidak merasa takut. Karena sudah tidak angker lagi,”ungkapnya. husnu  mufid

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat