Rabu, 19 Maret 2014

Pesantren An Nizom Sukabumi



KH Abdullah Muhtar, Pengasuh Pondok Pesantren An Nizdom Sukabumi Jabar 

Berguru ke Ulama'Ulama' Sepuh Jabar, Jateng dan Timur Tengah

Menyadari keberadaannya sebagai penyebar agama Islam (da’i), banyak resiko yang dihadapi. Karenanya, selain menguasai ilmu agama juga membekali diri dengan ilmu hikmah seperti yang dimiliki Walisanga. Itulah figur KH Abdullah Muhtar, pengasuh Ponpes An Nizdom Sukabumi Jabar.

Sejak kecil, beliau merupakan sosok yang gemar menuntut ilmu. Dimana  ada ulama sepuh  dan berilmu agama Islam tinggi didatangi  untuk ditimba ilmunya. Baik itu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah. 
Kesukaan menuntut ilmu agama  inilah yang memacu dirinya untuk  belajar ilmu agama lebih luas. Khususnya ilmu  Fiqih, Balagoh, Tafsir dan ilmu alat. Seperti  Nahwu Sorof, Jurmiah dan bahasa Arab sebagai penunjang untuk bisa membaca kitab-kitab kuning atau klasik yang diajarkan di pesantren-pesantren salaf.
Tidak  lupa pula mempelajari ilmu Hikmah yang dimiliki  Walisongo. Alasannya, seorang penyebar agama itu harus memiliki ilmu alat dan hikmah sebagai pelengkap dalam menjalankan dakwah. Meskipun banyak kyai-kyai yang hanya menyukai pelajaran ilmu alata saja.
"Saya pelajari ilmu itu sewaktu nyantri. Tapi tidak ada keinginan memperoleh jabatan sebagai kyai. Yang penting tugas utama waktu itu belajar untuk hari depan sebagai penyebar agama Islam. Ilmu itu saya dapa pada Ulama'-Ulama' sepuh,"ungkap KH Abullah  Muhtar Pengasuh Pondok Pesantren  An Nizdom Sukabumi Jabar.
Setamat  belajar di berbagai pesantren di tanah air. Lantas   belajar ilmu agama  ke Timur  Tengah muncul kembali. Maka berangkatlah ke Makkah   menemui ulama' terkenal dan termashur. Yaitu   Habib Syeh  bin Salim Al Alatas, ulama' dari Yaman Selatan, Syaid Mohammad bin Alwi Al Maliki,  Syeh Ismail Al Yamani  di Makkah.
Kemudian melanjutkan pendidikan  di Hadramaud berguru kepada  Sayid Salim As Syatiri, Sayid Hasan bin Abdullah As Syatiri. Di kota inilah ilmu yang selama ini di dapat diperdalam lebih dalam lagi. Hasilnya  cukup memuasakan. Dalam dirinya terasa ilmu yang didapat telah memadai. Meskipun belum maksimal 100%. 

Mendirikan Pesantren
Sepulang dari Timur Tengah lantas, meneruskan perjuangan orang tua dengan mengajar di pesantren. Kedatangannya memang ditunggu-tunggu. Karena  ilmu yang didapat dianggap layak untuk dimiliki  santri-santri yang tidak mungkin datang ke negeri Arab sendiri.
Dalam waktu sekian tahun, santri-santri yang diajari ilmu agama dari Timur Tengah  telah mampu menguasai ilmu yang diberikan. Sekembalinya dikampung masing-masing santri  dapat mengamalkan. Diantara mereka ada yang merintis mendirikan pesantren. Melanjutkan pesantren orang tuanya dan mengajar di masjid serta surau.
Dalam perkembangannya,KH Abdullah Muhtar pindah dari rumah orang tuanya mendirikan sebuah pesantren di Jl Slabintana Sukabumi. Usahanya ini rupanya berhasil. Banyak  orang tua dari berbagai kota dan desa mempercayakan pendidikan putra-putrinya. Harapannya agar menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama.
Kepercayaan  yang diberikan para orang tua itu benar-benar di perhatikan. Maka  santri-santri yang belajar di pesantrennya diasuh dengan sebaik-baiknya  Diberi pelajaran agama dan umum serta hikmah. Karena jika kelak lulus dari pesantren diharapkan dapat hidup dimasyarakat. Bahkan mampu menjadi pelopor amar ma'ruf nahi mungkar.
Cita-cita yang diinginkan KH Abdullah Muhtar  menjadi kenyataan. Banyak mantan  santri-santrinya  mendirikan pesantren. Seperti di Aceh, Jawa Barat dan Jawa Timur. Mereka menjadi  menyebarkan agama Islam yang handal di muka bumi. husnu mufi

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar melalui emai
sialahkan saja melakukan demonstrasi, akan tetapi gunakanlah dengan cara-cara damai dan jangan sampai memacetkan jalan raya yang merugikan masyarakat